Hari Rabu, Pekan Biasa XVII
Kel 34:29-35
Mzm 99:5.6.7
Mat 13:44-46
Wajah yang bercahaya
Salah seorang konfrater imam menyukai ayat Kitab Suci ini: “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau. Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia. Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6:24-26). Setiap kali memimpin perayaan Ekaristi, beliau selalu menyanyikannya dengan meriah sebagai bagian dari berkat perutusan. Banyak umat merasa dibantu untuk merasakan kehadiran dan berkat Tuhan. Ada seorang bapak pernah berkata, “Tuhan begitu baik sehingga Ia masih mau menyinari aku dengan wajahNya dan menghadapkan juga wajahNya kepadaku, padahal aku ini orang berdosa”.

Pengalaman Musa menunjukkan bahwa Tuhan menunjukkan kasihNya yang besar kepada orang yang dekat denganNya. Wajah Musa bercahaya karena ia berbicara dengan Allah. Artinya Musa berdoa kepada Allah. Maka boleh dikatakan bahwa orang yang selalu bersatu dengan Allah dapat memancarkan sinar kasih Allah kepada orang lain. Para Rasul pun pernah mengalaminya bersama Yesus. Petrus, Yakobus dan Yohanes adalah para rasul yang menjadi saksi mata ketika melihat Yesus berubah rupa di gunung Tabor. Penginjil Lukas menceritakan bahwa pada saat itu Yesus sedang berdoa, wajahNya berubah dan pakaianNya menjadi putih berkilau-kilau (Luk 9:28-29). Yesus sebagai Musa baru juga berubah rupa pada saat Ia berbicara dengan Bapa dalam doa. Bagaimana dengan anda dan saya? St. Paulus kepada jemaat di Korintus menulis, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (2Kor 3:18). Di bagian lain Paulus menulis: “Sebab Allah yang telah berfirman, “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor 4:6).

Yesus dalam bacaan Injil pada hari ini mengajar banyak orang bahwa hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang dan dipendamkannya lagi. Dengan sukacita yang besar sang penemu itu pergi dan menjual segala yang dimilikinya untuk membeli ladang tersebut. Bagi Yesus, Kerajaan Surga juga serupa dengan seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah menemukan mutiara itu ia juga menjual segala yang dimilikinya untuk membeli mutiara itu. Pengajaran Yesus tentang Kerajaan Surga dalam perumpamaan ini memang menarik perhatian kita semua. Kerajaan Surga itu sangat bernilai, sangat berharga dan indah. Orang yang menemukannya tidak langsung meraihnya tetapi mengurbankan diri dan harta untuk meraihnya.
Pengajaran Yesus ini sangat konkret. Pada zaman dahulu orang suka menyembunyikan hartanya di dalam tanah karena takut dengan pencuri. Kadang-kadang harta itu milik pribadi, rahasia maka ketika orang itu meninggal dunia, anggota keluarga tidak mengetahuinya. Harta itu pun tetap ada di dalam ladang tersebut. Nah kalau orang yang tamak, ketika mendapatkan harta terpendam atau mutiara langsung mengambilnya menjadi milik. Tetapi orang yang disebutkan di dalam Injil adalah orang yang bijaksana. Ia harus berjuang, mengurbankan diri supaya dapat memperoleh Kerajaan Surga. Kita pun dipanggil untuk mengurbankan diri dan memiliki sikap lepas bebas terhadap segala yang kita miliki supaya lebih bebas mengasihi Tuhan. Kerajaan Surga itu bernilai, indah dan selalu menjadi harapan kita untuk meraihnya.

Doa: Tuhan, Sinarilah selalu wajah kami dengan wajahMu yang kudus agar kami pun menjadi kudus menyerupai Engkau sendiri. Amen
PJSDB