St. Yakobus, Rasul
2Kor 4:7-15
Mzm 126:1-2b.2c-3.4-5.6
Mat 20:20-28
Sanggup Meminum Piala Penderitaan
Pada hari ini
seluruh Gereja merayakan pesta St. Yakobus, Rasul. Yakobus adalah anak Zebedeus
dan kakak Yohanes Rasul. Pekerjaan merek Mereka adalah sebagai nelayan. Setiap
hari mereka membantu Zebedeus ayah mereka. Yesus memanggil mereka ketika mereka
sedang memperbaiki jala di tepi danau Genezareth. Yakobus termasuk rasul inti
bersama Petrus dan Yohanes. Mereka menjadi saksi ketika Yesus menampakan
kemuliaanNya di Gunung Tabor dan peristiwa sakratul maut di taman Getzemani.
Yakobus adalah seorang Rasul yang kokoh iman dan kepercayaannya dan sangat setia
kepada Yesus. Dialah yang mengusulkan kepada Yesus untuk menjatuhkan api dari
langit untuk membasmi orang-orang Samaria yang tidak mau menerima Yesus dan para
muridNya. Yesus memberi gelar kepada kedua bersaudara ini: Putera-putera Halilintar.
Ibu Yakobus
dan Yohanes memiliki ambisi tertentu untuk kedua anaknya. Pada suatu kesempatan ia meminta kepada
Yesus agar memberi kedudukan terhormat dalam kerajaan Kristus bagi kedua puteranya. Yesus tidak menjawab ya atau tidak dari permintaan sang ibu, tetapi Ia meminta
kedua bersaudara untuk memikirkan apakah mereka mampu meminum piala
penderitaanNya atau tidak mampu. Mereka dengan jujur dan tegas mengatakan bahwa mereka sanggup meminumnya. Namun menurut Yesus, hal duduk di dalam Kerajaan Allah hanyalah diberikan oleh Allah kepada
orang yang berkenan di hadiratNya. Perkataan Yesus sungguh digenapi oleh
Yakobus. Ia segera meminum piala penderitaan dengan menjadi Uskup di Yerusalem
dan menjadi Rasul pertama yang meminum piala kemartiran. Pada tahun 42, Herodes
Agripa I memberi hukuman pancung kepadanya. Ia wafat sebagai martir.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa orang tua
memang memiliki cita-cita dan harapan bagi anak-anak. Ibu anak-anak Zebedeus
mungkin menyadari kedekatan Tuhan Yesus dan kedua putranya sehingga berani
berlutut dan memohon tempat yang layak dan terhormat bagi mereka. Pikiran ibu
Yakobus dan Yohanes memang baik tetapi sangat manusiawi. Itu memang harapan dia
sebagai orang tua. Yesus menegur mereka dengan mengatakan: “Kalian tidak tahu
apa yang kalian minta. Dapatkah kalian minum piala yang Kuminum?” Teguran ini
bersifat menyadarkan mereka akan tujuan akhir atau masa depan kedua bersaudara
ini. Yakobus dan Yohanes akan meminum piala penderitaan dengan cara yang
berbeda. Yakobus akan wafat lebih dahulu sebagai martir dengan menumpahkan darahnya yang
mulia, sedangkan Yohanes menjadi martir cinta kasih hingga usianya yang
panjang.
Menjadi rasul
sejati berarti menjadi martir bagi Kristus. St. Paulus dalam bacaan pertama
menegaskan ciri khas pengikut Kristus yang setia yakni menjadi martir. Paulus
mula-mula mengatakan bahwa harta pelayanan sebagai rasul mereka miliki di dalam
bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang berlimpah itu berasal dari
Allah bukan dari manusia. Sebagai rasul mereka berlaku sebagai utusan yang
bekerja bukan atas nama mereka sendiri melainkan atas nama Tuhan. Tuhanlah yang
memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukan karya pelayanan. Dengan kekuatan
dari Allah, para rasul menjadi utusan yang memprioritaskan Tuhan di dalam hidup
mereka.
Sebagai
utusan Allah mereka harus selalu siap untuk meminum piala yang diminum oleh
Kristus yaitu segala bentuk penderitaan. Paulus berkata: “Dalam segala hal kami ditindas, namun
tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak
ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus
di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh
kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut
karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang
fana ini”
(2Kor 4: 8-11). Pengalaman
penderitaan dan kemalangan tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rom
8:39). Kristuslah yang senantiasa hadir dan memberi kekuatan kepada para utusanNya.
Para utusan Tuhan memiliki roh iman yang sama yang memampukan mereka untuk
dapat berkata-kata. Roh iman memampukkan para rasul untuk percaya pada
Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan itu juga yang di wariskan turun-temurun di dalam Gereja
hingga saat ini.
Pengalaman
kemartiran sebagai utusan Tuhan, meminum piala penderitaan Tuhan Yesus Kristus
merupakan wujud pelayanan tanpa pamrih. Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kalian, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kalian, hedaklah
ia menjadi hambamu, sebagaimana Putra Manusia: Ia datang bukan untuk dilayani,
tetapi melayani dan menyerahkan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”
(Mat 20:27-28). Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menjadi hamba yang
siap mengabdi Tuhan dan sesama. Be a servant-leader!
Doa: Tuhan
Yesus Kristus, ajarilah kami untuk menjadi hambaMu yang setia dalam melayani.
Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment