Kej 49:29-32;50:15-26a
Mzm 105:1-2.3-4.6-7
Mat 10:24-33
Jangan Takut!
Adalah Beato Yohanes Paulus II. Ketika mulai menjabat sebagai pimpinan Gereja Katolik, dalam homilinya yang pertama sebagai Paus tanggal 22 Oktober 1978, Ia berkata: “Fratelli e Sorelle! Non abbiate paura di accogliere Cristo e di accettare la sua potesta! Non abbiate paura! Aprite, anzi, spalancate le porte a Cristo” (Saudara dan saudari! Jangan takut untuk menerima Kristus dan kuasaNya! Jangan takut! Bukalah pintu lebar-lebar kepada Kristus). Selama beliau memimpin Gereja katolik, salah satu ungkapan istimewanya adalah
“Jangan takut!”. Kata-kata ini diucapkannya dengan tegas karena ia percaya kepada semua perkataan yang diucapkan Yesus Kristus di dalam Injil. Dari Injil kita tahu bahwa Yesus selalu meneguhkan para muridNya ketika mengalami pergumulan atau kesulitan di dalam hidup mereka. Di situasi yang menakutkan para muridNya, Ia selalu bersabda: “Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!” (Mat 14:27. 17:7. 28:10; Mrk 6:50. Luk 5:10. 8:50. 12:7; Yoh 6:20). Perkataan Beato Yohanes Paulus II ini sangat menguatkan dan meneguhkan Gereja selama masa kepemimpinannya. Banyak badai yang datang silih berganti melanda Gereja, tetapi dengan bantuan Tuhan maka badai itu dapat berlalu. Badai diteduhkan Tuhan sendiri. Non abbiate paura! Do not be afraid!
“Jangan takut!”. Kata-kata ini diucapkannya dengan tegas karena ia percaya kepada semua perkataan yang diucapkan Yesus Kristus di dalam Injil. Dari Injil kita tahu bahwa Yesus selalu meneguhkan para muridNya ketika mengalami pergumulan atau kesulitan di dalam hidup mereka. Di situasi yang menakutkan para muridNya, Ia selalu bersabda: “Tenanglah, Aku ini, Jangan takut!” (Mat 14:27. 17:7. 28:10; Mrk 6:50. Luk 5:10. 8:50. 12:7; Yoh 6:20). Perkataan Beato Yohanes Paulus II ini sangat menguatkan dan meneguhkan Gereja selama masa kepemimpinannya. Banyak badai yang datang silih berganti melanda Gereja, tetapi dengan bantuan Tuhan maka badai itu dapat berlalu. Badai diteduhkan Tuhan sendiri. Non abbiate paura! Do not be afraid!
Ketakutan selalu menjadi bagian dari hidup manusia. Banyak di antara kita yang takut ketika membuat suatu kesalahan tertentu di hadapan orang yang lebih dewasa, orang tua atau pimpinan perusahan. Tanpa harus ditegur, orang menjadi salah tingkah atau segan dengan sesama. Ada juga yang punya phobia ketakutan pada ular, kecoa, cecak bahkan jenasah. Memang ketakutan membuat orang tidak dapat bekerja dengan baik. Dalam hal para murid Yesus, tentu mereka diharapkan untuk tidak boleh takut untuk mewartakan Injil kepada segala makhluk. Para murid Kristus di harapkan untuk tidak takut terhadap semua penganiayaan, penderitaan dan kemalangan. Mengapa? Karena Tuhan berjanji untuk menyertai mereka hingga akhir zaman (Mat 28:20).
Pada hari ini, Penginjil Matius meneruskan laporannya tentang pengajaran Yesus. Pertama-tama Yesus mengatakan bahwa seorang murid tidak melebihi guruNya dan seorang hamba melebihi tuannya. Cukuplah kalau murid sama dengan guruNya dan hamba sama dengan tuannya. Yesus memulai perkataannya kepada para muridNya dengan menekankan relasi murid dan guru, hamba dengan tuan. Para murid hendak diingatkan bahwa masa depan mereka tidak akan melebihi diriNya sebagai Guru dan Tuhan. Semua penderitaan dan kemalangan para murid tidak akan melebihi diriNya sebagai Maestro. Yesus akan mengalami Paskah di Yerusalem, para muridNya juga akan mengalami hal yang sama. Mereka akan ditolak, dianiaya dan dibunuh dengan cara yang sama dengan diriNya. Untuk itulah Yesus mengharapkan agar para muridNya jangan takut. Mereka harus berani dan gigih dalam memberi kesaksian sebagai murid.

Ketakutan tidak hanya menghantui para murid Yesus Kristus. Jauh sebelumnya, anak-anak Yakub di dalam Kitab Kejadian juga memiliki ketakutan tertentu terhadap Yusuf saudara mereka. Mereka berpikir bahwa setelah sang ayah yakni Yakub meninggal dunia maka Yusuf akan membalas dendamnya akibat perbuatan salah yang sudah melakukan terhadapnya. Mereka bahkan mengirim utusan untuk menyampaikan kepada Yusuf pesan mendiang Yakub ayahnya untuk mengampuni saudara-saudaranya. Ketika mendengar utusan saudara-saudaranya, Yusuf hanya membalasnya dengan menangis. Ia heran mengapa saudara-saudaranya belum juga percaya pada pengampunan yang ia berikan kepada mereka. Mereka sudah menghuni daerah Gosyen yang subur dan mereka menikmati kenyamanan di Mesir, namun mereka juga masih belum percaya pada perbuatan baik Yusuf.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk tidak merasa takut di dalam hidup setiap hari. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment