Hari Rabu, Pekan Biasa XV
Kel 3:1-6.9-12
Mzm 103:1-2.3-4.6-7
Injil: Mat 11:25-27
Berani Mengucapkan Rasa Syukur
Ketika masih
bertugas sebagai pastor di daerah terpencil, saya selalu menikmati kehangatan dalam
suasana kekeluargaan. Setelah perayaan ekaristi di dalam Gereja, biasanya umat
melanjutkannya dengan bersyukur bersama dalam acara makan bersama. Umat yang hadir
dalam perayaan Ekaristi biasanya membawa makanan dari hasil kebun mereka berupa
pisang masak, singkong yang sudah direbus atau digoreng dan aneka buah-buahan.
Umat diundang untuk ikut mencicipi makanan bersama pastor. Ada di antara mereka
yang datang dan mengucapkan terima kasih kepada pastor untuk waktu dan
pelayanan di stasi mereka. Saya secara pribadi merasa bahwa ucapan syukur dan
terima kasih orang-orang sederhana ini benar-benar tulus dan tidak mengada-ada.
Ketika
bertugas sebagai pastor paroki di Jakarta, saya kembali merasakan suasana
seperti ini. Ada beberapa pasangan suami istri selalu menjadi sahabat baik dari
sebelum pemberkatan nikah sampai setelah menikah. Sebelum menikah mereka
meminta saya untuk memberkati rumah kediaman mereka, mempersiapkan mereka
secara rohani, setelah menikah mereka masih tetap kontak untuk sharing
pengalaman suka dan duka sebagai pasutri dalam keluarga, anak juga dibaptis
oleh saya. Saya merasa diteguhkan oleh rasa syukur dari umat karena mereka
tidak hanya memandang pastor sebagai pelayan tetapi sahabat. Ada juga yang
setelah pemberkatan nikah menghilang, ketika ada masalah keluarga baru mencari
pastor yang memberkati untuk konsultasi bagaimana mendapat surat cerai dari
Gereja. Pengalaman-pengalaman ini membuat saya berpikir, bagaimana orang dapat
bersyukur kepada Tuhan yang tidak kelihatan? Dengan manusia yang kelihatan saja
sulit untuk mengatakan kata syukur dan terima kasih.



Tuhan Yesus membaharui kita semua. Ia menghendaki agar kita selalu bersyukur
kepada Bapa atas semua anugerah yang kita terima dan juga pengalaman suka dan duka di dalam hidup setiap hari. Tuhan mempunyai rencana untuk menyelamatkan kita. Entah siapakah diri kita, hina karena dosa dan salah, tetapi kita percaya bahwa Tuhan juga dapat menjadikan kita menjadi berkat bagi sesama. Bersyukurlah senantiasa!
Menarik sekali dialog Tuhan dengan Musa. Di
saat bani Israel masih menderita, tidak berdaya di tangan Firaun, Tuhan
menjanjikan keselamatan melalui hambaNya Musa. Tuhan tidak akan melupakan
janji-janjiNya kepada leluhur mereka yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Janji yang
intinya adalah kasihNya tiada batas bagi Israel. Sikap Allah yang mengasihi
tanpa syarat kepada Israel juga tetap berlagsung selamanya di dalam Gereja.
Tuhan hadir dan senantiasa membebaskan umat yang berharap kepadaNya. Sekali
lagi syukur karena Tuhan hadir pada saat yang tepat untuk menunjukkan kasihnya
bagi manusia yang percaya kepadanya.
Dalam bacaan pertama kita berjumpa dengan figur
Musa. Ia menjadi seorang gembala sederhana yang menggembalakan kambing dan domba Yitro mertuanya, imam
Midian. Ketika berada di gunung Tuhan, Musa melihat sebuah penglihatan. Tuhan
menampakkan diri dalam wujud semak belukar yang menyala tetapi tidak terbakar.
Ketika itu Musa diingatkan untuk melepaskan sepatu sebab tempat di mana ia
berdiri adalah tanah yang kudus. Tuhan lalu mewahyukan diriNya sebagaui Allah
Abraham, Ishak dan Yakub.Selanjutnya, Ia mengutus Musa untuk membebaskan mereka
dari Tanah Mesir. Tuhan berjanji untuk menjadikan Musa sebagai utusan yang akan
membebaskan mereka dari tanga Mesir dan mereka akan menyembah dan beribadah
kepada Allah di gunung Tuhan.

Doa: Tuhan,
kami bersyukur kepadaMu, karena pada hari ini Engkau sekali lagi menyapa kami
dengan SabdaMu. Ajarilah kami untuk senantiasa bersyukur dalam setiap waktu
kehidupan kami kepadaMu sebagai Tuhan Pencipta dan juga kepada saudara dan
saudari di sekitar kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment