Kel 2:1-15a
Mzm 69: 3.14.30-31.33-34
Mat 11:20-24
Aku telah menarik dia dari air
Ketika masih kecil saya bersama teman-teman sering pergi ke laut untuk belajar berenang dan menangkap ikan. Namun di kalangan teman-teman hanya ada seorang yang tahu berenang sedangkan kami yang lain berkali-kali mencoba tetapi tetap tenggelam dan minum banyak air laut. Di pinggir pantai itu ada sebuah batu besar dan kami semua senang duduk di atas batu sambil menyanyi, berteriak, saling mendorong ke dalam laut ketika terjadi pasang surut. Pada suatu kesempatan, ada seorang teman yang lebih kecil dari kami semua didorong oleh seorang teman hingga jatuh dan tenggelam. Kami semua panik. Teman yang dapat berenang mencoba menyelam dan menyelamatkannya. Ia berhasil menariknya keluar dari laut dengan perut agak buncit karena meminum banyak air laut. Ketika mengikuti pelajaran agama, guru agama menjelaskan tentang Firaun dan keluarganya. Ia juga berusaha menggambarkan sungai Nil seolah-olah ia pernah hidup pada zaman Firaun dan pernah melihat sungai Nil. Puncak ceritanya adalah kisah Musa. Ia berkata Musa berarti: “Aku telah menarik dia dari air”. Serentak kami menunjuk teman yang pernah tenggelam di laut dan diselamatkan bahwa dialah Musa di dalam kelas. Mulai saat itu ia dipanggil Musa meskipun nama aslinya Yosef.

Musa memang sudah ditentukan Tuhan untuk menjadi leader bagi anak-anak Israel. Namun ternyata tidaklah mudah menjadi leader. Ia harus berhadapan dengan Firaun yang hendak membunuhnya. Ia juga berhadapan dengan saudara-saudaranya yaitu anak-anak Israel yang tidak menerima dirinya sebagai pilihan dan utusan Tuhan untuk menjadi pemimpin mereka. Memang kelihatan seperti benang kusut, tetapi Tuhan akan menunjukkan segala kuasaNya di dalam diri Musa. Musa sendiri sudah memenangkan bahaya di dalam air maka ia juga akan menarik saudara-saudaranya dari situasi yang mengancam hidup mereka.

Iman adalah anugerah istimewa dan gratis dari Tuhan. Ia menganugerahkannya kepada orang-orang pilihanNya. Iman itu laksana meterai atau cap di dalam bathin manusia sehingga selalu ada rasa syukur, rasa kasih kepadaNya. Permasalahannya adalah apakah manusia menyadari bahwa di dalam bathinnya ada meterai atau cap yang dianugerahkan oleh Tuhan? Banyak orang mengakui dirinya beragama tetapi tidak beriman. Itu sebabnya mereka hanya bersifat legalistis dan tidak manusiawi memperlakukan umat beragama lain. Agama adalah institusi atau lembaga kolektif sedangkan iman itu sifatnya pribadi antara manusia dengan Tuhan.
Penginjil Matius hari ini mengisahkan tentang kecaman Yesus terhadap kota-kota di sekitar danau Galilea yang sering dikunjungiNya: Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Ia membangggakan Tirus dan Sidon yang berada di luar komunitas Yahudi, juga kota Sodom yang sudah lama dihancurkan dengan api dari langit. Mengapa Yesus mengecam kota-kota yang sering dikunjungi dan membanggakan kota-kota yang bagi orang Yahudi adalah tempatnya kaum kafir? Kota dalam pemahaman Kitab Suci erat terkait dengan manusia yang menghuninya. Para penghuni kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum memang mengalami banyak mukjizat tetap mereka belum percaya dan mengimani Yesus. Mereka hanya menikmati mukjizat tetapi tidak mensyukurinya. Orang-orang di Tirus dan Sidon justru jauh lebih terbuka kepada rencana Tuhan. Mereka menerima kehadiran Yesus dan mereka sungguh berubah secara radikal (bertobat). Pertobatan adalah sebuah mujizat.

Sabda Tuhan pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada keselamatan. Musa telah berjuang untuk hidup di dalam air sungai Nil, dan Tuhan menariknya keluar dari dalam air. Dengan sakramen pembaptisan, kita pun ditarik keluar dari air sebagai makhluk ciptaan baru. Kita semua sering jatuh dalam dosa dan salah tetapi Tuhan selalu memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Apakah bertobat masih merupakan kebutuhan rohanimu? Apakah kita juga dapat menarik saudara-saudari kita untuk keluar dari dosa dan salah mereka?
Doa: Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami untuk membangun semangat tobat hari demi hari. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment