Hari Kamis, Pekan Biasa XIV
Kej 44: 18-21.23b-29;45:1-5
Mzm 105:16-17.18-19.20-21
Mat 10:7-15
Roh Kudus Menyertai!
Permenungan
kita kemarin hari Rabu Pekan Biasa XIV adalah tentang bagaimana Yesus memilih dua belas pria sejati yang pada umumnya adalah para nelayan sederhana dari banyak orang yang berbondong-bondong mengikutiNya untuk menjadi Utusan yang akan menjalankan perutusan tertentu dariNya. Ia
memanggil mereka apa adanya, dan mengutus mereka kepada domba-domba yang hilang
dari seluruh umat Israel untuk mengatakan kepada mereka bahwa Kerajaan Surga
sudah dekat. Secara manusiawi kalau membayangkan para rasul dengan masa lalunya
sudah tentu akan ada keraguan dan kita juga dapat bertanya apakah mereka yang
pekerjaannya sehari-hari hanya nelayan yang sederhana dapat menjadi utusan
Tuhan untuk mewartakan KerajaanNya? Pendidikan mereka tidak disebutkan di dalam
Injil, hanya bahwa pekerjaan sebagai nelayan, pemungut cukai itu disebutkan.
Tuhan yang punya rencana, proyek keselamatan maka Ia juga menyertai mereka
dengan RohNya yang Kudus. Roh Kuduslah yang membantu, membuka pikiran mereka
untuk melakukan segala sesuatu sebagai Utusan Tuhan. Mereka akan bekerja atas
nama Tuhan.

Di samping
kesadaran seagai utusan dari Tuhan untuk sebuah perutusan tertentu, para utusan
ini juga diharapkan menghayati hidupnya menyerupai Tuhan yang mengutus mereka
dan mengandalkanNya. Oleh karena itu mereka harus hidup sederhana sehingga
hanya memperioritaskan Tuhan saja. Hidup sederhana dengan tidak membawa
barang-barang tertentu: emas, perak, tembaga, bekal perjalanan, dua helai baju,
sepatu dan tongkat. Mengapa Tuhan memberi syarat kesederhanaan ? Karena
domba-domba Israel yang hilang adalah orang miskin dan papa yang hanya berharap
kepada Tuhan butuh pelayanan dari orang yang juga sederhana. Kalau para utusan memiliki harta tertentu maka hati mereka juga
akan melekat pada harta tersebut dan melupakan tugas utama sebagai pewarta
Kerajaan Surga bahkan melupakan Tuhan sendiri.

Di dalam
bacaan pertama, kisah Yusuf, putra Yakub berlanjut. Ia mengenal saudara-saudara
yang menjulanya kepada orang-orang Midian seharga dua puluh perak, tetapi
saudara-saudaranya tidak mengenal dia. Lihatlah bahwa ketika kejahatan
menguasai diri kita maka orang baik, bahkan saudara sekali pun tidak kita
kenal. Itulah yang dialami anak-anak Yakub. Yusuf pun menangis karena melihat
saudara-saudaranya yang sudah menjualnya, dan sekarang juga masih belum
mengenalnya. Kita ingat juga Yesus sendiri yang dijual seharga tiga puluh perak
oleh muridNya sendiri yakni Yudas Iskariot. Tetapi sebelumnya, Yesus juga
menangisi kota Yerusalem karena penghuninya tidak mengenal dan tidak percaya
kepadaNya. Pengalalam Yusuf mirip pengalaman Yesus.

Pada hari ini
Tuhan menyapa kita melalui tugas perutusan para rasul atau utusan Yesus dan
kekudusan Yusuf putra Yakub. Dari para rasul kita belajar bagaimana menjadi
utusan yang sederhana dan membawa damai kepada semua orang. Segala sesuatu yang
kita lakukan adalah atas nama Tuhan dan demi kemuliaan nama Tuhan sendiri. Kita
juga belajar dari kekudusan Yusuf yang berani melupakan masa lalu
saudara-saudaranya. Dengan besar hati, Yusuf mengatakan bahwa masa lalu adalah
kehendak Tuhan untuk memberi hidup dan menyelamatkan saudara-saudaranya. Apakah
anda dan saya dapat menjadi utusan yang sederhana dan mampu mendamaikan banyak
orang? Apakah anda dan saya dapat melupakan masa lalu: pengalaman ditolak atau
dijual oleh saudara dan saudari kita?
Doa: Tuhan,
kami memohon rahmat istimewa untuk memiliki kemampuan mengampuni
saudara-saudari yang menyakiti dan menolak diri kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment