Kel 24:3-8
Mzm 50:1-2.5-6.14-15
Mat 13:24-30
Tuhan Selalu Sabar
Kisah perjalanan umat Israel berlanjut. Kali ini mereka sudah berada padang gurun sekitar kaki gunung Sinai. Relasi mereka dengan Tuhan perlahan berkembang. Pengenalan mereka akan diriNya sebagai Allah nenek moyang mereka yakni Abraham, Ishak dan Yakub juga semakin kuat. Kekuatan itu ditunjukkan dengan adanya ikatan perjanjian antara Allah dengan umat Israel melalui perantaraan Musa. Kehadiran Tuhan dengan kuasaNya yang dahsyat ditunjukkan dalam fenomena-fenomena alam yakni kilat, petir dan guntur. Umat Israel pun menjadi taat kepadaNya. Bukti ketaatan Umat Israel adalah adanya ikatan perjanjian antara Allah dan mereka dengan adanya sepuluh perintah Allah yang ditulis di atas dua loh batu. Kesepuluh perintah Allah ini diberikan Tuhan Allah kepada umat Israel melalui Musa untuk diterima secara pribadi. Ikatan perjanjian Allah dan manusia bukan sifatnya kolektif melainkan sifatnya sangat pribadi. Ia tidak menyapa dengan kata “kalian” tetapi “engkau”. Sapaan ini mengingatkan relasi pribadi antara Tuhan dan setiap anak Israel. Hingga saat ini juga relasi mendalam dengan Tuhan memang sifatnya pribadi. Tuhan menghormati kebebasan setiap pribadi dan memberikan kehendakNya kepada manusia untuk bersatu denganNya.

Tanda lain yang dilakukan Musa adalah mengambil sebagian darah dan diletakkan di dalam pasu dan sebagian juga disiram di atas mezbah. Firman Tuhan pun dibacakan dengan suara lantang supaya dapat didengar oleh segenap umat Israel. Agar perjanjian dengan Tuhan itu lebih kuat lagi maka Musa mengambil darah hewan sembelihan di dalam pasu dan menyiramkannya kepada bangsa Israel sambil berkata: “Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu berdasarkan segala firman ini” (Kel 24:8).

Apa yang menarik dari perayaan Ekaristi? Demikian pertanyaan dari salah seorang muda kepadaku. Menurut saya seluruh perayaan ekaristi selalu menarik. Di dalam perayaan Ekaristi terdapat kesempatan untuk merasakan kesabaran Tuhan. Bagaimana kita dapat merasakan kesabaran Tuhan? Sejak awal perayaan Ekaristi, kita semua diajak oleh imam untuk memeriksa bathin, menyesali dosa dan salah dan menyatakan dengan terbuka pertobatan kita di hadapan Tuhan dan sesama. Apa yang diharapkan dari pertobatan dalam perayaan Ekaristi? Kita semua yang ikut dalam perayaan Ekaristi dapat merasakan kesabaran Tuhan dan melalui pengampunanNya yang baru hari demi hari. Di samping pernyataan tobat, setiap pribadi yang sedang merayakan Ekaristi juga bukanlah orang yang sempurna. Ada orang yang baik dan ada juga orang yang jahat. Mereka sama-sama berkumpul untuk mendengar Sabda yang sama dan Tubuh serta Darah Kristus yang satu dan sama. Maka dengan merayakan Ekaristi setiap hari, kita juga merasakan kesabaran dan belas kasih Tuhan.

Penginjil Matius hari ini mengisahkan sebuah perumpamaan lain dari Yesus tentang lalang di antara gandum. Kerajaan surga yang diwartakan Yesus memang sangat bagus tetapi masalahnya adalah pada para pendengarnya. Sabda Tuhan diwartakan Yesus dan mereka yang menerimanya adalah orang baik dan jahat. Orang yang baik akan mendengar dan menjadi pelaku Firman. Orang yang jahat tidak mendengar Sabda dan melakukannya. Hal ini di gambarkan oleh Matius dalam perumpamaan lalang di antara gandum. Ada seorang menaburkan benih gandum tetapi ada musuh yang ikut menabur lalang pada malam hari.
Ada orang baik pasti ada orang yang jahat! Dalam kisah ini kelihatan manusia adalah selalu tidak sabar. Hal ini ditunjukkan ketika para pekerja meminta kepada pemilik ladang untuk mencabut lalang, tetapi pemilik ladang itu mengatakan "Biarkan keduanya bertumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu Aku akan berkata: 'kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar, kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lambungku". Kesabaran Tuhan ditunjukkan dengan membiarkan lalang dan gandum untuk tumbuh bersama sampai musim panen. Tuhan juga membiarkan orang baik dan jahat hidup bersama supaya kebaikan orang benar dapat mengubah orang jahat menjadi baik. Mengapa? Karena sejak semula Tuhan menabur hanya benih yang baik, tanpa lalang. Lalang itu adalah ulah manusia yang jahat. Maka Tuhan mengharapkan setiap orang untuk bertobat dan mempertobatkan sesama yang lain.

Penginjil Matius hari ini mengisahkan sebuah perumpamaan lain dari Yesus tentang lalang di antara gandum. Kerajaan surga yang diwartakan Yesus memang sangat bagus tetapi masalahnya adalah pada para pendengarnya. Sabda Tuhan diwartakan Yesus dan mereka yang menerimanya adalah orang baik dan jahat. Orang yang baik akan mendengar dan menjadi pelaku Firman. Orang yang jahat tidak mendengar Sabda dan melakukannya. Hal ini di gambarkan oleh Matius dalam perumpamaan lalang di antara gandum. Ada seorang menaburkan benih gandum tetapi ada musuh yang ikut menabur lalang pada malam hari.
Ada orang baik pasti ada orang yang jahat! Dalam kisah ini kelihatan manusia adalah selalu tidak sabar. Hal ini ditunjukkan ketika para pekerja meminta kepada pemilik ladang untuk mencabut lalang, tetapi pemilik ladang itu mengatakan "Biarkan keduanya bertumbuh bersama sampai waktu menuai tiba. Pada waktu itu Aku akan berkata: 'kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berkas-berkas untuk dibakar, kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lambungku". Kesabaran Tuhan ditunjukkan dengan membiarkan lalang dan gandum untuk tumbuh bersama sampai musim panen. Tuhan juga membiarkan orang baik dan jahat hidup bersama supaya kebaikan orang benar dapat mengubah orang jahat menjadi baik. Mengapa? Karena sejak semula Tuhan menabur hanya benih yang baik, tanpa lalang. Lalang itu adalah ulah manusia yang jahat. Maka Tuhan mengharapkan setiap orang untuk bertobat dan mempertobatkan sesama yang lain.
Doa: Tuhan Bapa yang mahabaik, Engkau selalu sabar dengan manusia ciptaanMu yang berdosa. Kami memohon kepadaMu untuk tetap mengampuni kami yang berdosa ini. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment