Dengarlah...
Pertama-tama kita
bersyukur kepada Tuhan karena Ia menciptakan kita sebagai manusia dengan
bagian-bagian tubuh yang sempurna. Apakah anda pernah menyadari bahwa telingamu
ada dua, letaknya di samping kiri dan kanan wajahmu dengan daun telinga yang
terbuka lebar untuk menampung bunyi yang masuk? Dengan adanya dua telinga yang
kita miliki berarti kita mestinya lebih banyak mendengar. Apakah anda juga
pernah menyadari bahwa Tuhan menciptakan untuk anda dan saya satu mulut dan
ditempatkan di depan wajahmu? Mulut ternyata hanya ada satu, letaknya lebih
rendah dibandingkan dengan dahi. Oleh
karena itu orang seharusnya berbicara lebih sedikit dan berpikir lebih dahulu
sebelum berbicara. Banyak orang
berbicara lebih dahulu baru berpikir.
Banyak orang
memiliki kesan bahwa kaum pria itu sulit untuk mendengar. Tidak ada perasaan
mengalah atau mengakui kelebihan orang lain. Mungkin karena factor budaya maka
kaum pria merasa lebih superior di bandingkan dengan kaum wanita.Di dalam hidup
berbangsa dan bernegara, partai-partai politik memiliki porsi tertentu untuk
caleg perempuan. Namun demikian de facto jumlah kaum pria di parlemen tetaplah
dominan bukan hanya jumlah tetapi dalam sistem pemerintahan. Berapa ketua
komisi di legistlatif yang berjenis kelamin perempuan? Jumlahnya tentu tetaplah
terbatas. Dengan demikian tidak dapat disangkal bahwa superioritas kaum pria
tetap tinggi sehingga “mendengar” menjadi satu masalah yang serius.
Dalam bahasa
Inggris ada dua kata yang kita kenal: Kata listen dan kata hear. Banyak orang
menggunakan kata listen dan hear secara bergantian. Namun sebenarnya ada
perbedaan makna dari kedua kata ini. Listening menunjukkan sebuah aktivitas yang
disengaja (intentional). Maka ketika anda menggunakan kata listen berarti
anda secara aktif mendengar sesuatu atau kita menaruh perhatian kepada sesuatu yang kita dengar. Berbeda dengan kata hear. Hear artinya kita
bisa mendengar sesuatu bahkan ketika kita tidak ingin mendengarnya dan
tidak mencoba untuk mendengarnya.
Mari kita
memandang Yesus untuk belajar spiritualitas Pria Katolik. Tuhan Yesus banyak
kali menggunakan kata “dengarlah” ketika berbicara dengan para muridNya.
Misalnya ketika mengajar dan menjelaskan sebuah perumpamaan Ia menggunakan kata
ini: “Dengarlah” (Mat 13:18; Mrk 4:3). Ketika berdebat dengan orang Farisi dan
para ahli Taurat, ia juga menggunakan kata “Dengarlah” (Mrk 7:14); Ketika
berbicara tentang penyerahan diriNya secara total untuk menebus dunia ia
berkata “Dengarlah” (Luk 9:44). Tuhan Yesus selalu memberi kesempatan kepada
para muridNya untuk mendengar semua pengajaran dan wejanganNya. Tetapi yang terpenting adalah Tuhan Yesus juga memiliki waktu untuk mendengar para muridNya, mendengar kita semua. Setiap kali berdoa, kita selalu berkata: "Tuhan dengarkanlah kami".
Di dalam
Kitab Perjanjian Lama, terdapat kata yang terkenal “shema” yang berarti dengarlah. Kata shema ini senantiasa diingat secara turun temurun dan diucapkan
setiap hari oleh orang Israel: “Dengarlah hai Israel: Tuhan itu Allah kita,
Tuhan itu esa!” (Ul 6:4). Mereka diingatkan untuk mendengar Tuhan kapan dan
dimana saja mereka harus mendengar Tuhan. Semakin banyak orang belajar untuk
mendengar, semakin ia menjadi taat. Semakin orang itu menjadi taat, ia juga
semakin mengasihi.
Pria Katolik
itu memiliki dua buah telinga dan satu mulut untuk mendengar lebih banyak dan
berbicara sedikit. Ketika seorang Pria katolik mampu mendengar maka dengan
sendirinya ia dapat menjadi taat kepada Tuhan dan mengasihi Tuhan dan sesama.
Mendengar dengan baik itu dapat mengubah hidup sesama. Artinya ketika salah
seorang saudara atau saudari mengalami persoalan yang berat maka butuh seorang
yang mau memiliki waktu untuk mendengar. Semakin lama anda mendengarnya, ia
juga semakin percaya diri untuk berubah menjadi baik. Coba ingatlah kembali hidupmu di
dalam rumah tangga dan di tempat kerja. Apakah anda memiliki waktu untuk
mendengar? Apakah anda seorang pendengar yang baik?
Saya sudah
cukup lama menjadi Pembina calon imam dan bruder. Salah satu hal yang bagus
tetapi menantang saya adalah pertanyaan ini: Apakah saya memiliki waktu yang
cukup untuk mendengar para konfrater. Kadang satu konfrater datang dengan
masalah ini, yang lain datang dengan masalah itu. Ada konfrater yang membutuhkan
peneguhan. Dari pengalaman saya, banyak konfrater bisa terus maju dalam
panggilan karena saya sebagai pembina memiliki waktu untuk mendengar.
Pada hari ini
kita diajak untuk memiliki kemampuan mendengar. Pria katolik yang setia
mendengar sesama khususnya istri, anak dan orang tua juga sesama di tempat
kerja. Anda punya dua telinga untuk mendengar maka anda pasti bisa!
PJSDB
No comments:
Post a Comment