Hari Rabu, Pekan Biasa XXVII
Yun 4:1-11
Mzm 86:3-4.5-6.9-10
Luk 11:1-4
Apabila kamu Berdoa Katakanlah…
Antony de
Mello pernah bercerita dalam bukunya “Burung Berkicau” sebuah cerita tentang
doa Bapa Kami. Konon pada suatu kesempatan ada sebuah kapal milik seorang Uskup
berlabuh untuk satu hari di sebuah pulau yang terpencil. Uskup bermaksud
menggunakan hari itu sebaik-baiknya. Ia berjalan-jalan menyusur pantai dan
menjumpai tiga orang nelayan sedang memperbaiki pukat. Dalam bahasa Inggris
pasaran mereka menerangkan, bahwa berabad-abad sebelumnya mereka telah dibaptis
oleh para misionaris. 'Kami orang Kristen,' kata mereka sambil dengan bangga
menunjuk dada. Uskup amat terkesan. Apakah mereka tahu doa Bapa Kami? Ternyata
mereka belum pernah mendengarnya. Uskup terkejut sekali. Bagaimana orang-orang
ini dapat menyebut diri mereka Kristen, kalau mereka tidak mengenal sesuatu
yang begitu dasariah seperti doa Bapa Kami?
'Lantas, apa yang
kamu ucapkan bila berdoa?' 'Kami memandang ke langit. Kami berdoa: 'Kami
bertiga, kamu bertiga, kasihanilah kami.' Uskup heran akan doa mereka yang
primitif dan jelas bersifat bid'ah ini. Maka sepanjang hari ia mengajar mereka
berdoa Bapa Kami. Nelayan-nelayan itu sulit sekali menghafal, tetapi mereka
berusaha sebisa-bisanya. Sebelum berangkat lagi pada pagi hari berikutnya,
Uskup merasa puas. Sebab, mereka dapat mengucapkan doa Bapa Kami dengan lengkap
tanpa satu kesalahan pun. Beberapa bulan kemudian kapal Uskup kebetulan
melewati kepulauan itu lagi. Uskup mondar-mandir di geladak sambil berdoa
malam. Dengan rasa senang ia mengenang, bahwa di salah satu pulau yang
terpencil itu ada tiga orang yang mampu berdoa Bapa Kami dengan lengkap berkat
usahanya yang penuh kesabaran. Sedang ia termenung, secara kebetulan ia,
melihat seberkas cahaya di arah Timur. Cahaya itu bergerak mendekati kapal.
Sambil memandang keheran-heranan, Uskup melihat tiga sosok tubuh manusia
berjalan di atas air, menuju ke kapal. Kapten kapal menghentikan kapalnya dan
semua pelaut berjejal-jejal di pinggir geladak untuk melihat pemandangan ajaib
ini.
Ketika mereka
sudah dekat, barulah Uskup mengenali tiga sahabatnya, para nelayan dulu. 'Bapak
Uskup', seru mereka, 'Kami sangat senang bertemu dengan Bapak lagi. Kami dengar
kapal Bapak melewati pulau kami, maka cepat-cepat kami datang.' 'Apa yang kamu
inginkan?' tanya Uskup tercengang-cengang. 'Bapak Uskup,' jawab mereka, 'kami
sungguh-sungguh amat menyesal. Kami lupa akan doa yang bagus itu. Kami berkata:
Bapa kami Yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu; datanglah kerajaanMu ...
lantas kami lupa. Ajarilah kami sekali lagi seluruh doa itu!' Uskup merasa
rendah diri: 'Sudahlah, pulang saja, saudara-saudaraku yang baik, dan setiap
kali kamu berdoa, katakanlah saja: Kami bertiga, kamu bertiga, kasihanilah
kami.'
Pada suatu
kesempatan Yesus juga sedang berdoa di suatu tempat. Setelah selesai berdoa,
ada seorang murid yang datang dan memohon supaya Yesus mengajar mereka berdoa.
Yesus berkata: “Kalau kamu berdoa, katakanlah”. Lalu Yesus mulai mengajar
mereka untuk menyapa Allah sebagai Bapa. Yesus mau mengakrabkan relasi antara
Allah sebagai Bapa dan manusia sebagai anak, bukan hanya untuk diriNya tetapi
seluruh umat manusia menyapa Allah seperti Yesus sang Putra. Selanjutnya Yesus
juga mengajar doa yang sangat sederhana. Hanya ada lima kalimat doa: ada dua
kalimat doa pengharapan dan tiga kalimat doa yang bersifat permintaan untuk
kepentingan diri mereka.
Kalimat doa
pengharapan pertama adalah dikuduskanlah namaMu. Ini bukanlah sebuah pujian
bagi nama Allah melainkan sebuah doa pengharapan agar nama Allah Bapa
dikuduskan. Nabi Yehezkiel peernah bernubuat bahwa Allah sendiri akan
menguduskan namaNya yang sudah dinodai oleh umat Israel (Yeh 36:22-28). Maka
harapannya adalah agar janji Tuhan ini dapat segera terwujud sehingga namaNya diakui
serta dihormati oleh semua orang. Kalimat doa
pengharapan kedua: Datanglah KerajaanMu. Ini adalah sebuah harapan agar Bapa
dapat menegakkan pemerintahanNya. PemerintahanNya memang sudah sedang hadir
dalam diri Yesus dan para muridNya dan kiranya dapat kokoh hingga akhir zaman.
Kalimat doa
permintaan pertama: Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya.
Makanan yang diminta supaya diberikan Tuhan setiap hari, terus menerus. Tentu
saja makanan yang sifatnya jasmani maupun rohani. Kalimat doa permintaan kedua: Ampunilah dosa-dosa
kami. Tuhan maharahim dan Ia pasti mengampuni dosa-dosa manusia. Sebab kami pun
mengampuni setiap orang. Para murid tidak hanya memohon supaya diampuni tetapi
mereka juga dimampukan untuk mengampuni. Kalimat doa permintaan ketiga:
Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Orang-orang Yahudi percaya bahwa
segala sesuatu berasal dari Allah, termasuk pencobaan. Oleh karena itu mereka
memohon supaya Tuhan jangan memasukkan mereka ke dalam pencobaan.
Doa Bapa Kami
ini memang sebuah doa yang sederhana tetapi meringkas semua doa kita kepada
Tuhan. Dengan doa ini Allah semakin dekat, akrab dengan kita yang diciptakanNya
sewajah denganNya. Sebagai anak-anakNya kita pun berharap dan meminta semua yang
kita butuhkan dan Tuhan tidak pernah terlambat memberi apa yang kita butuhkan.
Mari kita semakin tekun, berdoa tanpa henti kepada Bapa di dalam Yesus
PutraNya.
Satu bahaya yang sering dihadapi oleh manusia adalah cepat merasa puas dengan doa dan merasa seolah-olah dialah yang berjasa dalam suatu perutusan tertentu. Kisah Yunus yang kita dengar hari ini menggambarkan sisi kemanusiaan Yunus. Ia tadinya berpikir bahwa orang Niniwe sangat jahat maka Tuhan layak untuk menghancurkan kota berpenduduk seratus dua puluh ribu jiwa. Tetapi orang-orang Niniwe sudah bertobat secara radikal. Dalam hal ini warta pertobatan Yunus diterima dengan baik dan semua orang bahkan ternak mengatakan pertobatannya kepada Tuhan. Dengan perubahan radikal ini maka Tuhan tidak menghancurkan Niniwe.
Banyak kali kita juga berdoa dan seolah-olah mau mengatur atau mengendalikan Tuhan. Yunus juga berpikir demikian dan ia kecewa dengan Tuhan. Tetapi Tuhan menyadarkan dia sehingga ia mengakui Allah yang mahapengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya serta menyesal karena malapetaka yang sudah dirancangNya. Tuhan menegaskan kepada Yunus bahwa pertobatan itu nilainya lebih tinggi dari pada kata-kata atau nasihat semata-mata. Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengampuni orang yang berdosa.
Satu bahaya yang sering dihadapi oleh manusia adalah cepat merasa puas dengan doa dan merasa seolah-olah dialah yang berjasa dalam suatu perutusan tertentu. Kisah Yunus yang kita dengar hari ini menggambarkan sisi kemanusiaan Yunus. Ia tadinya berpikir bahwa orang Niniwe sangat jahat maka Tuhan layak untuk menghancurkan kota berpenduduk seratus dua puluh ribu jiwa. Tetapi orang-orang Niniwe sudah bertobat secara radikal. Dalam hal ini warta pertobatan Yunus diterima dengan baik dan semua orang bahkan ternak mengatakan pertobatannya kepada Tuhan. Dengan perubahan radikal ini maka Tuhan tidak menghancurkan Niniwe.
Banyak kali kita juga berdoa dan seolah-olah mau mengatur atau mengendalikan Tuhan. Yunus juga berpikir demikian dan ia kecewa dengan Tuhan. Tetapi Tuhan menyadarkan dia sehingga ia mengakui Allah yang mahapengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setianya serta menyesal karena malapetaka yang sudah dirancangNya. Tuhan menegaskan kepada Yunus bahwa pertobatan itu nilainya lebih tinggi dari pada kata-kata atau nasihat semata-mata. Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengampuni orang yang berdosa.
Doa: Tuhan,
kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau mengajar kami untuk berdoa tanpa
henti. Bantulah kami untuk senantiasa bersyukur kepadaMu, berharap pada semua
penyelenggaraanMu dan Engkau menganugerahkan semua yang kami butuhkan di dalam
hidup sepanjang hari ini. Amen.
PJSDB
No comments:
Post a Comment