Saturday, June 29, 2013

Homili Hari Raya St. Petrus dan Paulus

Hari Raya Petrus dan Paulus, Rasul
Kis 12:1-11
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
2Tim 4:6-6.17-18
Mat 16:13-19

Petrus dan Paulus, kompak dalam Semangat

Hari ini kita merayakan Hari Raya Petrus dan Paulus. Setiap tahun kita merayakan Hari Raya ini tepatnya tanggal 29 Juni. Ada umat yang bertanya kepada saya mengapa Hari Raya ini dirayakan  bersama-sama? Memang kedua orang kudus ini hidup dalam waktu yang berbeda, menderita pada saat yang berbeda tetapi mereka sama-sama memiliki semangat yang sama yakni cinta kasih yang besar kepada Kristus. Hal ini mereka tunjukkan dengan cara yang sama yaitu menumpahkan darah karena mencintai Kristus. Kedua figur rasul ini memiliki nama besar dalam perkembangan Gereja Katolik.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan semangat kerasulan Petrus dan Paulus yang tidak kenal lelah mewartakan Injil Yesus Kristus. Lukas dalam Kisah Para Rasul melukiskan awala perkembangan Gereja yang dipimpin oleh Petrus. Dengan kuasa Roh Kudus, Petrus dan para rasul lainnya berani mewartakan Injil di Yerusalem. Ketakutan yang mereka alami sebelumnya lenyap, kini bahkan menyerahkan nyawa pun mereka siap. Kuasa Roh Kudus memang luar biasa di dalam Gereja. Pengalaman yang sama dialami Paulus dalam perjalanan misionernya. Roh Yesus yang bangkit menguatkannya dalam mewartakan Injil (Flp 1:19).

Dikisahkan di dalam bacaan pertama bahwa ketika jemaat di Jerusalem bertambah banyak maka muncul juga penganiayaan terhadap para rasul dan jemaat. Herodes menyuruh membunuh Yakobus, Uskup Yerusalem. Setelah Yakobus dibunuh, giliran Petrus ditangkap dan dipenjarakan dengan penjagaan yang ketat. Ada 4 regu yang menjaganya. Pada saat yang sulit ini, jemaat berdoa dengan tekun kepada Allah untuk keselamatan Petrus. Petrus dibelenggu dengan dua rantai dengan pengawalan ketat, tetapi secara misterius dibebaskan oleh Malaikat Tuhan. Petrus lepas dari belenggu, keluar dengan bebas dari penjara. Peristiwa menakjubkan ini membuat Petrus dengan nada syukur berkata: “Sekarang benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan menyuruh malaikatNya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”

Kisah singkat ini menggambarkan bagaimana cinta dan kuasa Tuhan bagi Gereja dan pemimpinnya. Petrus di dalam bacaan Injil hari ini mengakui imannya di hadapan Yesus dan pada saat yang sama Yesus mengangkat dia menjadi pemimpin jemaatNya. Yesus berkata: “Berbahagialah engkau Simon Bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu di Surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: ‘Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan kudirikan jemaatKu, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kau lepaskan di dunia akan terlepas di surga.”

Petrus sebagai pemimpin dengan kuasa ilahi yang ia miliki dari Tuhan mendapat dukungan dari jemaat. Mereka mendoakannya kepada Allah dan Allah melakukan karya besar dengan melepaskannya dari segala belenggu dan penderitaan di penjara. Petrus tidak melakukan kehendaknya tetapi kehendak Tuhan yang ia emban sebagai wadas, pemegang kunci dan kuasa melepaskan segala sesuatu.

Santo Paulus dikenal dengan masa lalunya sebagai Saulus yang kejam. Tetapi pengalaman iman dalam perjalanan ke Damsik mengubah Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menulis: “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam Kitab Suci…kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” (Rom 1:1-2.7).

Panggilan untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa membuat Paulus berani untuk memberikan dirinya bagi Yesus Kristus. Ia melakukan perjalanan misionernya, mengalami banyak penderitaan, dipenjarakan, dianiaya. Semuanya itu membuat Paulus merasa bahwa bukan dia yang hidup melainkan Kristuslah yang hidup di dalam dia (Gal 2:20). Ia sendiri dengan tegas mengatakan, “Celakalah aku kalau tidak mewartakan Injil” (1Kor 9:16). Apa yang terjadi setelah mewartakan Injil? Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus menulis, “Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan  sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Tim 4:6-7). Ini benar-benar sebuah refleksi yang sangat mendalam dari pengalamannya sendiri.

Lebih lanjut Paulus mengatakan, “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, hakim yang adil”. Tuhan memahkotai Paulus dengan semangat hidup missioner dan pengalaman penderitaan demi Kristus. Ia juga mengingatkan bahwa mahkota kebenaran akan diberikan kepada semua orang yang menanti kedatangan Tuhan. Keselamatan dalam Yesus Kristus yang diwartakan Paulus bukan untuk dirinya sendiri tetapi Tuhan menyertainya untuk mewartakan kepada semua orang. Dengan demikian keselamatan dalam Yesus Kristus bersifat universal.
Add caption

Sabda Tuhan pada hari ini menghadirkan figur penting Petrus dan Paulus. Petrus mewakili hirarki di dalam Gereja, Paulus mewakili para misionaris Gereja. Hirarki dan misionari menyatu dalam semangat untuk melayani Tuhan hingga menumpahkan darah, mengikuti Kristus sang martir agung. Kita semua hari ini diajak untuk tekun dalam panggilan terutama dalam mewartakan Injil dengan hidup sebagai pengikut Kristus yang baik. Gereja sedang mengangkat kembali semangat Evangelisasi Baru. Petrus dan Paulus dapat menjadi inspirator kita.

Doa: Ya Santo Petrus dan Paulus, bantu dan berkati kami untuk rela berkorban dalam pelayanan kami terutama membuat nama Yesus semakin dikenal oleh segala bangsa. Amen

PJSDB

No comments:

Post a Comment