Hari Raya Petrus dan Paulus, Rasul
Kis 12:1-11
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
2Tim 4:6-6.17-18
Mat 16:13-19
Petrus dan Paulus, kompak dalam Semangat
Hari ini kita
merayakan Hari Raya Petrus dan Paulus. Setiap tahun kita merayakan Hari Raya
ini tepatnya tanggal 29 Juni. Ada umat yang bertanya kepada saya mengapa Hari
Raya ini dirayakan bersama-sama? Memang
kedua orang kudus ini hidup dalam waktu yang berbeda, menderita pada saat yang
berbeda tetapi mereka sama-sama memiliki semangat yang sama yakni cinta kasih
yang besar kepada Kristus. Hal ini mereka tunjukkan dengan cara yang sama yaitu
menumpahkan darah karena mencintai Kristus. Kedua figur rasul ini memiliki
nama besar dalam perkembangan Gereja Katolik.

Dikisahkan di
dalam bacaan pertama bahwa ketika jemaat di Jerusalem bertambah banyak maka
muncul juga penganiayaan terhadap para rasul dan jemaat. Herodes menyuruh
membunuh Yakobus, Uskup Yerusalem. Setelah Yakobus dibunuh, giliran Petrus
ditangkap dan dipenjarakan dengan penjagaan yang ketat. Ada 4 regu yang
menjaganya. Pada saat yang sulit ini, jemaat berdoa dengan tekun kepada Allah
untuk keselamatan Petrus. Petrus dibelenggu dengan dua rantai dengan pengawalan
ketat, tetapi secara misterius dibebaskan oleh Malaikat Tuhan. Petrus lepas
dari belenggu, keluar dengan bebas dari penjara. Peristiwa menakjubkan ini
membuat Petrus dengan nada syukur berkata: “Sekarang
benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan menyuruh malaikatNya dan menyelamatkan aku
dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”


Santo Paulus dikenal dengan masa lalunya sebagai Saulus yang kejam. Tetapi pengalaman iman dalam perjalanan ke Damsik mengubah Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menulis: “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabiNya dalam Kitab Suci…kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.” (Rom 1:1-2.7).
Panggilan
untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa membuat Paulus berani untuk
memberikan dirinya bagi Yesus Kristus. Ia melakukan perjalanan misionernya,
mengalami banyak penderitaan, dipenjarakan, dianiaya. Semuanya itu membuat
Paulus merasa bahwa bukan dia yang hidup melainkan Kristuslah yang hidup di
dalam dia (Gal 2:20). Ia sendiri dengan tegas mengatakan, “Celakalah aku kalau
tidak mewartakan Injil” (1Kor 9:16). Apa yang terjadi setelah mewartakan Injil?
Dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, Paulus menulis, “Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku
sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai
garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Tim 4:6-7). Ini benar-benar
sebuah refleksi yang sangat mendalam dari pengalamannya sendiri.

![]() |
Add caption |
Sabda Tuhan pada hari ini menghadirkan figur penting Petrus dan Paulus. Petrus mewakili hirarki di dalam Gereja, Paulus mewakili para misionaris Gereja. Hirarki dan misionari menyatu dalam semangat untuk melayani Tuhan hingga menumpahkan darah, mengikuti Kristus sang martir agung. Kita semua hari ini diajak untuk tekun dalam panggilan terutama dalam mewartakan Injil dengan hidup sebagai pengikut Kristus yang baik. Gereja sedang mengangkat kembali semangat Evangelisasi Baru. Petrus dan Paulus dapat menjadi inspirator kita.
Doa: Ya Santo
Petrus dan Paulus, bantu dan berkati kami untuk rela berkorban dalam pelayanan
kami terutama membuat nama Yesus semakin dikenal oleh segala bangsa. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment