Wednesday, June 19, 2013

Renungan Rabu 19 Juni 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa XI
2Kor 9:6-11
Mzm 112:1-2.3-4.9
Mat 6:1-6.16-18

Bapamu melihat yang tersembunyi…

Pada suatu kesempatan saya mengikuti pertemuan sebuah badan persekutuan sosial. Para anggota kelompok ini terkenal sebagai pribadi-pribadi yang murah hati dalam segala hal. Mereka tidak hanya berdoa bagi sesama tetapi selalu bermurah hati untuk membantu sesama yang sangat membutuhkan. Dalam pertemuan itu saya menemukan dua kelompok orang di dalam satu persekutuan. Kelompok pertama suka menceritakan berapa sumbangan yang terkumpul, dari mana asal sumbangan tersebut dan kemana sumbangan itu sudah dan akan disalurkan. Hal ini belum termasuk siapa yang didoakan dan ia sudah menyumbang berapa dengan nominal lengkap. Kelompok kedua adalah pribadi-pribadi yang memilih diam, menyumbang besar atau kecil sesuai kemampuannya dengan nominal tertentu, tidak mau namanya dicatat sebagai penyumbang atau pendoa. Kedua kelompok ini menyatu dalam satu persekutuan dan membuatnya menjadi indah.

Observasi saya terhadap pribadi-pribadi di dalam persekutuan ini sebenarnya bukan hal yang baru. Banyak di antara kita yang memiliki pengalaman yang mirip. Kecendrungan manusiawi kita adalah lebih mudah membuat perhitungan untung dan rugi dan besarnya jasa kita terhadap orang lain dari pada memilih melayani dengan diam dan rendah hati. Lebih mudah membuat diri kita dikenal karena jasa dari pada dengan diam-diam membantu orang lain untuk menjadi bahagia.

Saya ingat sebuah pengalaman komunitas para suster Beata Theresia dari Kalkuta. Pada suatu kesempatan Mother Teresa dan para susternya mengunjungi rumah seorang pria yang sedang sakit. Rumahnya gelap dan kotor. Mereka membersihkan rumah dan juga memandikan pria yang sekarat itu.  Sambil membersihkan rumah gelap itu, para suster menemukan sebuah lampu tua, karatan, sumbuhnya pun sudah rusak. Seorang suster mengambil lampu itu, membersihkannya, membeli sumbuh dan minyak tanah dan menyalahkannya. Ruangan yang tadinya gelap sudah mulai terang, seiring dengan pulihnya pria itu dari sakitnya. Menyalahkan lampu akhirnya menjadi kebiasaan pria itu. Setiap kali dikunjungi, ia selalu mengatakan kepada para suster, “Terima kasih suster, lampu itu menjadi terang karena kalian memperbaikinya. Kalian selalu membawa Yesus Kristus, terang abadi yang tidak kelihatan, diam dalam keheninganNya untuk menerangi hidupku yang gelap ini”.

Hari ini Tuhan Yesus di dalam Injil mengajarkan kita tiga hal yang sangat kristiani untuk dihayati dengan diam-diam, tersembunyi di mata manusia tetapi dapat dilihat oleh Allah Bapa kita. Pertama, Karya amal kasih atau memberi sedekah. Berilah sedekah dengan sepenuh hati, tanpa perhitungan apa pun dan jangan menceritakan kepada siapa-siapa material yang anda berikan. Apa yang diberikan tangan kanan jangan diketahui tangan kirimu. Tuhan melihat orang yang memberi dengan sukacita, tetapi tidak pamer atau supaya dilihat dan dipuji orang lain. Aspek penting dalam perbuatan amal kasih adalah solidaritas dan saling berbagi.  

Kedua, Doa. Doa menempatkan
posisi central di dalam kehidupan kristiani. Orang berdoa dengan rendah hati di hadapan Tuhan misalnya di dalam kamar, tutup pintu dan berdoalah. Kalau berdoa, bukalah hatimu tutuplah jendela dan pintu yang dapat menyesatkanmu. Ketiga, puasa. Sesuai hukum Taurat, orang Yahudi hanya berpuasa pada jom kippur (Im 16: 29-31). Pada zaman Yesus terjadi perkembangan baru sehingga orang berpuasa hanya pada hari senin dan kamis. Di dalam Didakhe 8, 1, Gereja purba menjadikan puasa kristiani pada setiap hari rabu dan jumat. Yesus sendiri sebenarnya melakukan puasa sebelum tampil di depan umum tetapi tidak setuju dengan puasa bagi para muridNya untuk menunjukkan sukacita mesianis (Mat 9:14-15). Itu sebabnya Ia menganjurkan: “Minyakilah kepalamu, cucilah mukamu”. Penampilan yang ceriah dan bersahaja dari dalam akan nampak keluar dengan sendirinya.

Apa yang mau dikatakan Yesus kepada kita? Ketika kita melakukan sebuah perbuatan kasih, seperti memberi sedekah, berdoa dan berpuasa, semuanya itu untuk kemulian Tuhan. Kita tidak melakukannya untuk memperoleh popularitas diri. Hanya orang-orang Farisi modern yang mudah bercerita kepada siapa saja sumbangan pikiran dan material kepada seseorang atau kelompok lain sambil menepuk dada dan bangga, dan lupa bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Yesus sendiri sudah mengatakan: “Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:16). Sabda Tuhan hari ini mengoreksi egoisme dan kesombongan kita dalam hal melakukan sebuah perbuatan baik. Semua yang kita lakukan itu semata-mata untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.


Di dalam Injil, Yesus menasihati agar kita memiliki kemampuan untuk bersolider dan berbagi dengan sesama.  Hal yang sama terjadi juga bagi Jemaat di Korintus. Paulus di dalam bacaan Pertama menasihati jemaat di Korintus untuk berani berbagi dengan sukacita supaya dapat menerima banya berkat dari Tuhan. Paulus berkata: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menaburbanyak akan menuai banyak juga" Paulus tegas mengatakan hal ini karena ia melihat bahwa banyak orang Korintus yang tidak berani berbagi. Mereka masih takut untuk menjadi miskin atau merasa rugi kalau membantu sesama. Padahal Tuhan sudah menganugerahkan kepada mereka segala sesuatu sesuai kemampuan mereka masing-masing.

Selanjutnya Paulus mengatakan: "Hendaknya masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada  kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan  di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan dalam pelbagai kebajikan". Dengan kata-kata ini Paulus mengharapkan agar dalam kebersamaan sebagai jemaat mereka tetap bersekutu sebagai saudara dengan menunjukkan sikap saling berbagi. Saling berbagi ini dilandasi oleh sikap murah hati dalam berderma karena Tuhan sendiri sudah lebih lebih dahulu bermurah hati dengan manusia. Senada dengan bacaan Injil, dalam memberi harus ada rasa sukarela bukan terpaksa atau demi popularitas  manusiawi.


Sabda Tuhan pada hari ini amat kaya. Kita semua dibimbing  untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus yang murah hati dengan memberi diriNya sampai tuntas bagi kita, berdoa tanpa henti bagi GerejaNya dan berkurban  demi keselamatan umat manusia. Apakah kita juga berani berbagi bakat-bakat dan kemampuan-kemampuan kita sehingga dapat membuat sesama menjadi bahagia?

Doa: Tuhan, mampukanlah kami sepanjang hari ini untuk dapat mengasihi seperti Engkau sendiri telah mengasihi kami. Amen



PJSDB

No comments:

Post a Comment