Friday, June 14, 2013

Renungan 14 Juni 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa X
2Kor 4:7-15
Mzm 116: 10-11.15-16.17-18
Mat 5:27-32

Bejana Tanah Liat

Saya pernah mendampingi seorang yang divonis dokter “hanya menghitung hari”. Ada banyak kesempatan di mana saya duduk, mendengar, berbicara dan melayani sakramen-sakramen terakhir yakni viaticum dan perminyakan. Kelihatan orang itu kesakitan. Ketika membalikkan badannya di atas ranjang, ia harus merintih kesakitan. Kadang-kadang ia batuk dengan nafas yang menakutkan, karena dikira itu nafas terakhirnya. Pada saat-saat sebelum menghembuskan nafasnya ia berkata kepada seluruh keluarganya, “Tuhan Yesus lebih menderita daripada saya”. Ia meninggal dunia dengan wajah yang ceriah. Saya selalu mengenang orang itu dan yakin bahwa ia juga orang kudus. Ia pasti masuk surga karena bertahan dalam penderitaannya, tidak mau menyibukan orang lain dan percaya bahwa penderitaan Kristus lebih berat daripada penderitaannya.

Masing-masing kita memiliki pergumulan-pergumulan tertentu, aneka penderitaan di dalam hidup ini. Pergumulan-pergumulan itu sesuai keadaan hidup kita yang nyata. Kadang-kadang pergumulan itu membuat orang semakin jauh dari Tuhan, tetapi kadang membuat orang menjadi semakin akrab dengan Tuhan Yesus yang menderita dan Bunda Maria yang berduka cita. Semua ini adalah bagian dari kerapuhan hidup kita, kefanaan di hadirat Tuhan.

Pada hari ini St. Paulus memberikan permenungannya yang mendalam tentang hidup Kristiani, terutama pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Paulus menulis: “Saudara-saudara, harta pelayanan kami sebagai rasul kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyatalah bahwa kekuatan yang berlimpah itu berasal dari Allah bukan dari kami sendiri”. Paulus mengakui bahwa dirinya memang memiliki banyak kerapuhan dan kelemahan dalam pelayanannya. Ia merasa dibentuk untuk menjadi pelayan melalui proses seperti seorang tukang priuk membuat bejana dari tanah liat. Bejana itu kuat dan dapat berfungsi dengan baik untuk segala keperluan manusia tetapi mudah pecah dan hancur manakala tidak diperhatikan. Dengan demikian Paulus menyadari bahwa dalam pelayanannya, sumber kekuatan adalah dari Tuhan sendiri.

Mengapa harus mengandalkan kekuatan dari Tuhan? Karena sebagai rasul dari Yesus Kristus, orang harus siap untuk memikul salib dan mengikutiNya hari demi hari. Memikul salib berarti menerima segala penderitaan dengan sukarela, menjalaninya dengan kasih supaya sesama dapat menikmati kebahagiaan. Itu sebabnya Paulus dengan bangga mengatakan: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terhimpit. Kami habis akal namun tidak putus asa. Kami dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian. Kami dihempaskan namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami supaya kehidupan Yesus menjadi juga nyata di dalam tubuh kami” Paulus menderita, dipenjarakan, bahkan nantinya mati sebagai martir karena citanya kepada Kristus dan GerejaNya. Dia tetap merasakan penyertaan Tuhan dalam segala situasi hidupnya dan bahwa Kristus juga hidup di dalam dirinya.

Selanjutnya Paulus mengungkapkan imannya dengan mengatakan: “Kami yakin bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Allah juga akan menghadapkan kami dan kalian di hadiratNya”. Buah dari kerasulan Paulus sebagai rasul adalah, semakin banyak orang yang percaya kepada Tuhan. Mereka percaya karena para rasul sebagai utusan Tuhan berbicara tentang apa yang mereka sendiri sudah percaya.

Sabda Tuhan pada hari ini menghadirkan figur Paulus sebagai Rasul Yesus Kristus. Ia percaya bahwa Yesus ada di di dalam dirinya dan Dia memiliki panggilan untuk menghadirkan Kristus di dalam hidup sesamanya. Hal yang menarik dari kisah Paulus di Korintus adalah sebagai rasul yang baik, Dia mengenal dirinya laksana bejana tanah liat, penuh kelemahan dan kerapuhan tetapi di saat yang sama tetap merasa kuat karena Tuhan menjiwai dan menyertainya. Dengan demikian dia berani bersaksi dan membawa banyak orang kepada Tuhan. Bagaimana dengan anda dan saya yang mengikuti Kristus? Apakah dapat bertahan dalam setiap penderitaan dan pergumulan hidup dan tetap akrab dengan Tuhan atau semakin jauh dari Tuhan?

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertahan dalam penderitaan dan semoga kami dapat membahagiakan sesama dengan penderitaan yang kami alami ini. Amen


PJSDB

No comments:

Post a Comment