St.
Karolus Lwanga dkk
Hari
Senin Pekan Biasa IX
Tobit
1:1a-2a.3.2:1b-8
Mzm
112:1-2.3-4.5-6
Mrk
12:1-12
Cinta kasih
menuntut pengorbanan diri
Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan
St. Karolus Lwanga dan teman-teman sebagai martir di Uganda. Karolus adalah
seorang pelayan istana Muanga di Uganda, Afrika. Ia menjalani tugas peribadi
sebagai orang yang dibaptis dengan menginjil teman-temannya dan membawa mereka
kepada Yesus. Ia bahkan berani membaptis 4 pelayan istana di sebuah ruang
tersembunyi di dalam kerajaan itu. Ketika ketahuan bahwa dia melakukan pembaptisan
tersembunyi ini maka ia bersama 21 teman lainnya
dilemparkan ke dalam kobaran api, pada tanggal 3 Juni 1886. Pada tanggal 18 Oktober 1964 Paus Paulus VI mengkanonisasi Karolus Lwanga dan teman-temannya menjadi santo di dalam gereja katolik. Mari kita mendoakan Gereja di Afrika semoga benih para martir boleh menyuburkan benua hitam dengan umat katolik yang berkualitas.
dilemparkan ke dalam kobaran api, pada tanggal 3 Juni 1886. Pada tanggal 18 Oktober 1964 Paus Paulus VI mengkanonisasi Karolus Lwanga dan teman-temannya menjadi santo di dalam gereja katolik. Mari kita mendoakan Gereja di Afrika semoga benih para martir boleh menyuburkan benua hitam dengan umat katolik yang berkualitas.
Bacaan-bacaan liturgi kita pada hari ini lebih memfokuskan
perhatian kita pada aspek cinta kasih dan pengorbanan diri juga
kesabaran di dalam hidup setiap hari. Tidak ada cinta kasih yang tulus kalau tidak melalui
pengorbanan diri bahkan menyerahkan nyawa. Di dalam bacaan pertama kita
mendengar kisah Tobit. Ia sangat yakin dengan penyelenggaraan ilahi dari Tuhan.
Tuhan diyakini sebagai pribadi yang senantiasa hadir dan berkarya di dalam
dirinya. Inilah yang membuat dia berani untuk melakukan kehendakNya.
Tobit memulai pengalaman keras ketika
dibuang ke Asyur bersama saudara-saudaranya. Di hadapannya dihidangkan makanan.
Tobit berkata kepada Tobia: “Anakku, pergilah dan jika kaujumpai seorang miskin
dari saudara-saudari kita yang diangkut tertawan di Ninive dan yang segenap
hati ingat akan Tuhan, bawalah kemari dan ikut makan. Aku akan menunggu hingga
engkau kembali. Ketika Tobia kembali, ia tidak membawa orang hidup untuk makan
bersama Tobit tetapi berita kematian seorang Israel. Tobit meninggalkan
makanannya, pergi dan mengangkat jenazah dan mengurus penguburannya. Tobit
takut akan Tuhan, tidak ada ketakutan apa pun pada raja yang lalim. Sikap Tobit
ini heroik. Andaikan saja diketahui raja pasti kisahnya berbeda seperti yang
kita dengan hari ini. Dasarnya adalah iman Tobit kuat kepada Allah. Sungguh,
berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang suka akan segala perintahNya.
Penginjil Markus melaporkan bahwa
Yesus mengajar dalam perumpamaan
kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat,
dan kaum tua-tua. Inilah perumpamaan tersebut: ada seorang yang membuka kebun
anggur, membuat pagar di sekelilingnya, menggali lubang untuk memeras anggur,
mendirikan menara jaga. Kelihatan kebun anggur ini sangat lengkap dan aman. Ia
pun menyewakan kebun anggur itu kepada para penggarap. Ketika tiba musim panen,
ia menyuruh utusannya untuk meminta kepada penggarap-penggarap hasil yang
merupakan bagiannya. Beberapa kali ia menyuruh para utusannya bahkan anak
tunggalnya sekali pun, ia bahkan dibunuh dan dilempar ke luar kota karena
dialah ahliwarisnya. Melihat situasi ini maka pemilik kebun anggur berencana
untuk menyewakannya kepada orang-orang asing.
Yesus memberi perumpamaan ini dan
memiliki makna yang mendalam. Kita dapat melihat dan belajar dari figur-figur di dalam kisah
Injil ini untuk membantu kita bertumbuh dalam iman.
Pertama,
Figur pemilik kebun anggur. Dia hebat, memiliki visi ke depan yang bagus. Ia
menyiapkan kebun anggut, membuat pagar yang bagus, mengali lubang pemerasan dan
menara jaga. Dia mempercayakan semuanya itu kepada para penggarap. Pemilik
kebun anggur menunjukkan dua sikap penting: memiliki rasa percaya kepada para
penggarap dan kesabarannya. Sikap figur pemilik kebun anggur hendaknya kita ikuti dalam hidup setiap hari dengan
memberi kepercayaan, share responsibility dengan sesama. Demikian juga
kesabarannya. Banyak utusan yang diutusnya tetapi mereka dianiaya bahkan
dibunuh oleh para penggarap. Apakah kita juga sabar terhadap orang-orang yang
menyakiti kita? Figur pemilik kebun anggur adalah Tuhan sendiri.
Kedua, Figur kedua
adalah para utusan. Para utusan melakukan apa yang ditugaskan oleh majikannya.
Mereka tidak merasa ragu atau takut karena mereka menghambakan diri dalam
melayani. Mereka adalah para nabi yang banyak mengalami penganiayaan. Putra
tunggal sebagai utusan terakhir adalah Yesus sendiri. Ia juga mengalami kematian
tragis, di bunuh di luar kota Yerusalem. Pada zaman ini anda dan saya adalah utusan
Tuhan. Ekaristi yang selalu dirayakan selalu diakhiri dengan perutusan. Kita
diutus untuk mabwa kasih, kesabaran dan damai Tuhan.
Ketiga, para
penggarap. Yesus maksudkan Yesus adalah para imam kepala, tua-tua dan para ahli
Taurat. Mereka semua bukan orang bodoh, mereka mengerti Kitab Suci. Masalahnya
adalah pada kerakusan dan kerasnya hati mereka. Mereka menolak Tuhan dan para
utusanNya. Yesus berkata kepada mereka: “Batu yang dibuang oleh para tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru”. Yesus mengalami penolakan tetapi Dia
tetap menjadi batu penjuru. Kita juga dapat
menolak kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Kita juga dapat melupakan Tuhan
sehinga tidak berdoa kepadaNya.
Sabda Tuhan hari ini membantu kita
untuk bertumbuh dengan semangat mempercayakan diri hanya kepada Tuhan. Kita
belajar dari Tobit yang mempercayakan dirinya juga semua rencananya kepada
Tuhan. Tuhan yang memulai dan Tuhan akan menggenapi semuanya. Kita juga belajar
dari Tuhan yang begitu baik dan sabar dengan manusia. Banyak kali kita kurang
bahkan tidak sabar dengan diri kita dan dengan sesama. Tuhan saja sabar,
mengapa kita tidak sabar? Tuhan menunjukkan kesabaranNya dengan menyiapkan
segala yang baik untuk kita semua. Yesus Putra tunggalNya saja diberikan kepada
kita. Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik, kekal abadi kasih setiaNya.
Doa: Tuhan, bantulah kami supaya
memiliki kesabaran di dalam hidup ini. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment