Homili Hari
Minggu Biasa XI/C
2Sam
12:7-10.13
Mzm
32:1-2.5.7.11
Gal
2:16.19-21
Luk 7:36-8:3
Diampuni karena banyak berbuat kasih
Pada suatu
kesempatan saya diundang untuk mendengar pengakuan dosa di sebuah paroki.
Seorang bapa datang mengaku dosanya dan pada waktu itu, untuk pertama kalinya saya
mendengar pengakuan dosa yang bagus. Ia betul-betul memeriksa bathinnya dan
mengakui dosanya dengan baik, serta menunjukkan tanda penyesalan yang mendalam.
Banyak kali saya mendengar pengakuan dosa umat tetapi rasanya umat itu kurang
menyelidiki bathinnya sehingga pengakuan dosanya juga begitu saja. Asal menyebut dosa
di hadapan pastor sudah cukup. Ternyata bukan begitu makna sebuah pengakuan
dosa. Orang seharusnya rendah hati di hadapan Tuhan, jujur dalam memeriksa
bathin, berani mengakui diri sebagai orang berdosa di hadirat Tuhan dan
sesama sehingga dapat menjadi ciptaan baru. Mari
melihat kembali pengalaman masing-masing dan boleh bertanya, apakah diri kita layak
di hadirat Tuhan? Apakah kita dapat diampuni oleh Tuhan karena banyak
mengasihi?

Tindakan
wanita pendosa ini membuat Simon mempertanyakan identitas Yesus. Di dalam
hatinya Simon bertanya bahwa kalau sekiranya Yesus adalah seorang nabi pasti Ia
mengetahui siapakan wanita tersebut. Apalagi merupakan sebuah skandal kalau
seorang wanita yang terkenal berdosa mau menyentuh Yesus sebagai seorang nabi.
Reaksi Yesus adalah
menghargai wanita itu dan martabatnya. Yesus tidak mengadilinya berdasarkan masa lalunya. Yesus melihat wanita itu dengan kekiniannya. Masa lalu penuh dosa dan salah, masa kini memiliki pertobatan, banyak mengasihi dan layak untuk diampuni. Semua tindakan yang dilakukannya terhadap Yesus adalah tanda pertobatannya yang radikal. Oleh karena itu Yesus pun dengan tegas mengatakan, “Dosamu telah diampuni”. Sebelumnya kepada Simon, Yesus sudah mengatakan bahwa Ia mengampuni dosa wanita itu karena wanita itu sendiri telah banyak berbuat kasih. Artinya, karena Allah adalah kasih maka wanita itu sungguh-sungguh mengalami Allah yang adalah Kasih itu sendiri dalam pertobatan dan pengampunan yang diterimanya.
menghargai wanita itu dan martabatnya. Yesus tidak mengadilinya berdasarkan masa lalunya. Yesus melihat wanita itu dengan kekiniannya. Masa lalu penuh dosa dan salah, masa kini memiliki pertobatan, banyak mengasihi dan layak untuk diampuni. Semua tindakan yang dilakukannya terhadap Yesus adalah tanda pertobatannya yang radikal. Oleh karena itu Yesus pun dengan tegas mengatakan, “Dosamu telah diampuni”. Sebelumnya kepada Simon, Yesus sudah mengatakan bahwa Ia mengampuni dosa wanita itu karena wanita itu sendiri telah banyak berbuat kasih. Artinya, karena Allah adalah kasih maka wanita itu sungguh-sungguh mengalami Allah yang adalah Kasih itu sendiri dalam pertobatan dan pengampunan yang diterimanya.

Baik wanita
pendosa di dalam Injil dan Daud di dalam bacaan pertama, sama-sama mengenal
diri mereka sebagai orang berdosa. Mereka dengan rendah hati di hadapan Tuhan
menyatakan penyesalan yang mendalam. Dengan demikian Tuhan juga menunjukkan
kerahimanNya kepada mereka. Tuhan berbelas kasih dan mengampuni sehingga mereka
menjadi ciptaan baru. Memang tepat sekali apa yang dikatakan Yesus: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan
orang berdosa” (Mrk 2:17). Yahwe telah melakukan belaskasihNya kepada Daud
hambaNya dengan mengampuni segala dosa dan salah Daud. Yesus menunjukkan belas
kasih dan pengampunan yang berlimpah bagi wanita berdosa, tanpa nama.
Saya ingat
St. Gregorius Nasianse (330-390) pernah berkata, “Tobat adalah baptisan kedua,
baptisan air mata”. Memang orang dapat menyatakan penyesalan yang mendalam
dengan menangis seperti wanita pendosa di dalam Injil. St. Yohanes Maria
Vianney (1786-1859) berkata, “Setelah jatuh, segeralah bangkit kembali! Jangan membiarkan
dosa di dalam batimu bahkan untuk sejenak”. Pengalaman akan Allah ditandai
dengan pertobatan yang terus menerus dan bermetanoia atau berpaling kepada
Tuhan saja. Allah sendiri menurut St. Fransiskus dari Sales, sangat menghargai
pertobatan, sekecil apa pun pertobatan di dunia, asalkan itu murni,
menyebabkan Dia melupakan segala jenis dosa, bahkan setan pun akan diampuni
semua dosanya, jika saja mereka melakukan penyesalan. Bertobat yang benar
membutuhkan penyesalan yang mendalam dan berani untuk bertobat.
Setiap kali
menutup pelayanan sakramen tobat kepada sang penitent, sebagai seorang imam
saya selalu mendoakan doa ini: “Allah
Bapa yang Mahamurah telah mendamaikan dunia dengan diriNya dalam wafat dan
kebangkitan PutraNya. Ia telah mencurahkan Roh Kudus demi pengampunan dosa. Dan
berkat pelayanan Gereja, Ia melimpahkan pengampunan dan damai kepada orang yang
bertobat. Maka saya melepaskan saudara dari dosa-dosa saudara, demi nama Bapa
dan Putra dan Roh Kudus”
Apa yang
harus kita lakukan dalam pertobatan pribadi? Santo Paulus di dalam Bacaan Kedua, mengatakan bahwa bukan hukum yang menyelamatkan manusia melainkan iman
kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan. Paulus membagi pengalamannya dengan
mengatakan bahwa oleh Hukum Taurat dirinya telah mati terhadap Hukum Taurat
supaya ia dapat hidup untuk Allah. Selanjutnya Paulus mengatakan: “Aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri
yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hidup yang kuhayati
sekarang ini di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Yesus yang telah
mengasihi dan menyerahkan diriNya untuk aku”

Doa: Tuhan,
terima kasih atas rahmat pengampunan yang Engkau berikan kepada kami. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment