Friday, November 4, 2011

Don Bosco Charity Golf


Kongregasi Salesian Don Bosco
SDB



Siapakah Don Bosco?
Santo Yohanes Bosco atau dengan sapaan populernya Santu Don Bosco, terlahir dari sebuah keluarga sederhana di Becchi, Italia Utara pada tanggal 16 Agustus 1815. Ia memulai hidupnya dengan keras dalam keluarga karena ayahnya meninggal ketika ia baru berusia 2 tahun dan karena itu dibesarkan oleh Mama Margaretha, ibunya. Masa kecil Yohanes Bosco diisi dengan bekerja keras. Pengalaman ini menjadi awal yang menantang tetapi sekaligus dorongan yang baik untuk masa depannya. Lebih lagi ketika pada usia 9 tahun ia bermimpi dimana Tuhan Yesus sendiri melalui Bunda Maria menunjukkan ladang kerasulannya yang berat untuk membantu menyelamatkan kaum muda. Untuk mewujudkan mimpinya ini, ia memulai pembinaannya menjadi calon imam di seminari dan semuanya berjalan dengan lancar hingga ditahbiskan sebagai imam Diosesan Keuskupan Turin, Italia Utara tahun 1841.
Sebagai imam muda, ia berusaha mewujudkan pengalamannya sebagai seorang pekerja yang ulet sejak masa kecil dan mimpinya di usia 9 tahun sebagai Bapak, Guru dan Sahabat kaum muda. Ia sangat peduli dengan kaum muda yang miskin maka dibaktikannya seluruh bakat, kemampuan dan waktu kehidupannya untuk mereka. Sebagai seorang imam praja yang bijaksana, ia juga memerlukan mitra kerja yang lebih muda dan sepaham dengan cita-citanya untuk berkarya melayani kaum muda yang miskin. Maka dipilihnya anak-anak muda yang dianggapnya layak menjadi mitra kerjanya untuk bergabung dalam satu perkumpulan yakni Perkumpulan Santu Fransiskus dari Sales. Perkumpulan ini yang dikemudian hari dikenal dengan nama Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB). Beberapa sekolah kejuruan dengan konsentrasi bidang teknik dibukanya untuk melayani orang muda dengan bantuan dan dukungan  para mitra mudanya dalam perkumpulan Santu Fransiskus dari Sales.
Perkumpulan Salesian Don Bosco pun berkembang dengan pesat. Don Bosco lalu membutuhkan pengakuan dari Gereja dalam hal ini Takhta Suci. Dengan usahanya yang besar maka Takhta suci atas nama Paus Pius IX pun menyetujui perkumpulan ini beserta peraturannya pada tahun 1872. Dari kota Turin perkumpulan ini berkembang dan menyebar hingga ke negara-negara lain misalnya dengan kehadiran SDB di Prancis dan Argentina, menyusul negara-negara lainnya. Don Bosco tetap tinggal di oratorium hingga meninggal pada tanggal 31 Januari 1888. Untuk memperingati 150 tahun kelahiran Don Bosco maka relikinya diarak mengelilingi negara-negara di mana terdapat para Salesian. Indonesia mengalami kunjungan penuh rahmat ini pada bulan Maret 2011 yang lalu di Paroki Santu Yohanes Bosco Sunter. Hingga saat ini jumlah Salesian di seluruh dunia mencapai 15.762 anggota yang berkarya di 131 negara dengan 91 provinsi yang berbeda.
Salesian di Indonesia

Veteran Salesian terkenal di Indonesia Don Carbonell, resmi tinggal di Rajawali Selatan pada tanggal 17 September 1985. Komunitas perdana ini merupakan komunitas pembinaan untuk para Salesian Pastor dan Bruder dan sebagai tempat transit bagi para salesian dari luar negeri yang hendak mengunjungi Timor Leste. Pada saat yang sama muncul benih-benih panggilan perdana untuk menjadi Salesian maka komunitas perdana ini juga menjadi tempat live in yang baik untuk para salesian at the first hour. Dari Wisma Salesian Rajawali Selatan, para Salesian hijrah ke Wisma Salesian Don Bosco Sunter tahun 1992. Dari Sunter para salesian menyebar ke Tiga Raksa (2000), Sumba (2002), Surabaya (2009), Blitar (2009) dan dalam rencana ke Maumere Flores (2012). Opsi fundamental karya Salesian di Indonesia adalah mengikuti teladan Don Bosco untuk membina dan mendidik kaum muda yang miskin terutama dalam pendidikan kejuruan untuk menjadi warga negara yang jujur dan umat beriman yang baik dan juga konsolidasi untuk panggilan-panggilan hidup religius Salesian sebagai mitra kerja Don Bosco made in Indonesia.


Lebih akrab dengan komunitas-komunitas Salesian di Indonesia

Wisma Salesian Don Bosco Sunter
Wisma Salesian Don Bosco dihuni oleh para frater sejak tanggal 8 Juli 1992. Wisma ini merupakan pusat pembinaan para calon imam dan bruder Salesian atau dikenal dalam istilah Salesian Komunitas Post Novisiat. Semula para frater dan bruder dari Timor Leste juga bergabung dengan para frater dan bruder dari Indonesia untuk belajar di STF Driyarkara dan universitas lainnya di Jakarta. Pada saat ini wisma dihuni oleh para frater dari Indonesia sekaligus menjadi tempat transit bagi para salesian. Para frater dan bruder dari Timor Leste mengalami pembinaan awal di Dili. Di samping sebagai pusat pembinaan, wisma salesian juga melayani pembinaan orang muda di sekitarnya dalam karya-karya sosial dan pendidikan kaum muda.


Balai Latihan Kerja Tiga Raksa

Don Bosco Tiga Raksa secara resmi berdiri pada tahun 2000. Dari nama lembaganya maka Don Bosco Tiga Raksa melayani kaum muda yang miskin dengan pembinaan kejuruan dan teknik. Hingga sat ini ada 7 program keahlian teknik yang sedang dikembangkan di sana yaitu: Jurusan mekanik (bubut), jurusan las, Jurusan Listrik, jurusan motor, jurusan komputer, jurusan pneumatik, jurusan jahit industri. Di samping bidang teknik, program pembinaan bahasa asing terutama bahasa Inggris juga dikembangkan di sana.

Keistimewaan Tiga Raksa adalah bahwa para peserta yang belajar di sini umumnya anak-anak kaum buruh dan anak-anak muda dari daerah yang secara ekonomis masih lemah tetapi memiliki keinginan untuk belajar dan mau memiliki masa depan yang baik. Ada juga asrama yang menampung para siswa yang berasal dari luar Tiga Raksa.

Tiga raksa juga menjadi komunitas pembinaan yang penting untuk konsolidasi para mitra Don Bosco. Di sini terdapat para calon imam dan bruder Salesian yang memulai panggilan mereka sebagai tempat live in bagi para aspirant dan pre novisiat. Lalu boleh dikatakan menjadi komunitas Post Novisiat bagi para bruder Indonesia yang sedang belajar di Universitas. Saat ini juga Tiga Raksa menjadi salah satu komunitas dalam dunia salesian yang berkarya dengan terbuka bersama kaum muslim. Boleh dikatakan termasuk salah satu komunitas yang patut diperhitungkan dalam rangka dialog antar agama.


Don Bosco Sumba

Para Salesian memulai karyanya di pulau Marapu, julukan untuk Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur pada tanggal 9 Oktober 2002. Komunitas Don Bosco Sumba melayani kaum muda yang miskin di daerah Indonesia Timur khususnya di daerah NTT dan termasuk salah satu pusat pelatihan katolik bagi kaum muda yang miskin dalam Gereja Regio Nusa Tenggara. Ini asset Gereja lokal yang sangat diperhitungkan untuk beberapa keuskupan di sana. Beberapa program yang menarik dan masih laku untuk daerah Sumba dan sekitarnya adalah Jurusan pertukangan kayu dan ukiran, jurusan listrik instalasi rumah, jurusan sepeda motor dan jurusan las. Para siswa yang datang dan mengikuti pelatihan umumnya tinggal di asrama.
Di samping sebagai pusat pembinaan kejuruan dan teknik, Don Bosco Sumba juga menjadi pusat pembinaan yang sangat penting bagi mitra Don Bosco yakni novisiat. Para novis mengalami pembinaan dasar yang penting selama setahun sehingga nantinya dapat menjadi mitra Don Bosco yang layak di zaman ini. Komunitas ini juga melayani Gereja lokal dengan aneka pelayanan sosial dan pembinaan kaum muda di sekolah-sekolah katolik yang ada di Sumba.


Don Bosco Surabaya

Para Salesian masuk dan melayani Gereja lokal Keuskupan Surabaya pada tahun 2009. Semula fokus perhatiannya adalah melayani Paroki Santo Mikael, daerah Perak di sekitar pelabuhan laut Surabaya. Paroki ini barusan merayakan pesta emasnya. Untuk menjangkau pelayanan yang lebih luas maka para Salesian juga membantu SMP Santu Mikael Tanjung Perak. Para siswa yang belajar di sini mayoritas berasal dari keluarga miskin, kaum buruh dan yatim piatu.


Don Bosco Blitar

Pada tahun 2009 para Salesian juga menetap dan melayani Gereja lokal Keuskupan Surabaya di Blitar. Di sini para Salesian melayani Sekolah Menengah Kejuruan Santu Yusuf. Jumlah siswa yang belajar di sini mayoritas anak-anak muslim dengan jumlah 1200 siswa pada tahun ajaran 2010-2011. Ada lima program keahlian yang diajarkan di sekolah ini yakni: jurusan Teknik kendaraan ringan, jurusan teknik mesin, jurusan teknik komputer jaringan, jurusan instalasi listrik dan jurusan teknik gambar bangunan.

Sama dengan komunitas Tiga Raksa, komunitas Don Bosco Blitar merupakan salah satu aset kongregasi Salesian yang menunjukkan dengan jelas dialog antar umat beragama terutama dengan kaum muslim.


Don Bosco Maumere

Bapa Uskup Mgr. G. Kherubim Parera, SVD yang terkenal sebagai penderma pertama SDB di Sumba sekarang menjadi Uskup di Keuskupan Maumere. Sejak tahun 2009 beliau mengundang para Salesian untuk masuk dan melayani kaum muda di Maumere, Flores. Pada tanggl 17 Oktober 2011 yang lalu beliau menulis sebuah surat undangan resmi kepada Pater Provinsial Salesian Don Bosco Indonesia Timor Leste dan Pater Delegatus provinsial Indonesia-Timor Leste supaya para salesian dapat masuk dan melayani pada awal tahun ajaran 2012-2013. Beliau meminta para Salesian untuk membantu Yayasan pendidikan katolik keuskupan Maumere melalui SMA Yohanes Paulus II Maumere. Pater Provinsial dan Pater Delegatus sedang menyiapkan tenaga pioner untuk melayani di sana pada bulan Mei atau Juni 2012.

Masih ada beberapa Gereja lokal yang menanti kehadiran para Salesian  yakni Keuskupan Purwokerto dan Keuskupan Banjarmasin. Tentu saja undangan ini akan terwujud sangat tergantung pada masa konsolidasi tenaga Salesian. Maka komunitas-komunitas seperti Tiga Raksa, Sumba dan Wisma Salesian Sunter harus kuat dalam segala hal yang perlu untuk pembinaan para Salesian muda. Tentu banyak waktu dan biaya yang besar diperlukan untuk melanjutkan semangat Salesian di Indonesia. Anda dan saya, kita sama-sama saling mendukung untuk melayani Tuhan dalam semangat Salesian.

PJSDB

No comments:

Post a Comment