Wednesday, November 2, 2011

Peringatan Arwah Umat Beriman (All Souls)

Bacaan Misa:
Makabe: 12:43-46
Mazmur: 130: 1-2.3-4.5-6a.6b-7.8
1Korintus 15:12-34
Yohanes 6:37-40

Kematian itu indah. Bagaimana menghadapinya?

Saya pernah membaca sebuah buku karya Santu Alfonsus Maria de Liguori yang diterjemahkan secara bebas oleh Almahrum P. Moses Beding CSsR dan diberi judul: “Kematian itu indah. Bagaimana menghadapinya.” Buku ini sangat inspiratif, berisikan pandangan kristiani tentang kematian dan bagaimana mempersiapkan diri untuk mati secara bahagia (happy death).  Santu Alfonsus seakan sedang mendampingi setiap orang yang dibabtis untuk senantiasa memandang ke depan, menanti dengan kerinduan akan saat yang tepat di mana saudara maut datang dan menjemput setiap pribadi.

Kematian itu indah! Santu Agustinus berkata bahwa segala sesuatu dalam hidup kita, baik atau buruk adalah tidak pasti, tetapi maut tetaplah suatu hal yang pasti. Dan Santu Siprianus mengingatkan bahwa kita semua dilahirkan dengan tali pengikat di leher, dan setiap derap langkah hidup mendekatkan kita kepada kematian. Dan perlu diakui bahwa sesungguhnya, “kematian adalah saudara yang selalu siap datang dan menjemput kita”, demikian Santu Fransiskus dari Asisi.

Apakah kematian mesti menakutkan kita? Ya, hampir semua orang takut akan kematian, dan hampir semua orang juga takut akan jenazah orang yang meninggal. Padahal secara rohani kita semua mesti merasa bahwa kita diciptakan sewajah dengan Tuhan dan bahwa Tuhan Yesus sendiri sudah menebus kita. Karena kita diciptakan sebagai makhluk yang mulia maka Tuhan senantiasa menanti, memanggil dan tentu akan menerima kita untuk “ada bersama Dia”.

Karena kematian sebagai pengalaman “ada bersama Tuhan” dan “melihat Dia dengan mata kita”, kita dituntut untuk mempersiapkan kematian kita secara pribadi. Yang perlu kita lakukan adalah: pertama, janganlah menunggu sampai saat terakhir baru menyiapkan diri. Kedua, berusaha sedapat mungkin memeriksa bathin setiap hari di hadapan Tuhan dan kalau ada kekurangan atau dosa maka bereskanlah. Ketiga, berusaha sedapat mungkin menghindarkan diri dari cinta duniawi. Ketika meninggal dunia kita tidak akan membawa harta duniawi ke surga.

Seorang umat yang hampir setiap hari mengikuti misa harian, ketika ditanya alasan mengapa selalu mengikuti misa harian, dia menjawab: “Romo, saya selalu berpikir setiap hari bahwa komuni kudus yang saya terima hari ini adalah yang terakhir. Hidup saya ada ditangan Tuhan. Dia yang menciptakan saya maka tentu Dia rindu menanti, memanggil dan akan menerima saya apa adanya.” Sungguh suatu kesaksian iman yang bagus.

Apakah anda sudah siap untuk meninggal secara baik dan bahagia? Lakukanlah latihan untuk kematian secara bahagia hari demi hari. Coba pikirkanlah, kalau hari ini saya meninggal dunia maka saya akan menyiapkan diri saya yakni….. (isilah titik-titik dengan polos di hadirat Tuhan sang pencipta kita). PJSDB

No comments:

Post a Comment