Friday, November 4, 2011

Parenting

ORANG TUA (ITU) LAKSANA TUKANG KEBUN YANG BAIK

 

Dalam ritus perkawinan terdapat sebuah pertanyaan mengenai kesediaan untuk menjalani perkawinan kristiani. Imam bertanya, “Bersediakah saudara menjadi bapa/ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada saudara dan mendidik mereka menjadi orang kristiani yang sejati?Suami/istri masing-masing menjawab: “Ya saya bersedia.” Pertanyaan imam dan jawaban pasutri ini sebetulnya berdampak positif pada tugas dan tanggung jawab mereka sebagai orang tua.

Mendidik anak (parenting) yang baik laksana mengasah sebuah mata pisau. Proses mengasahnya harus dilakukan secara teliti dan berhati-hati namun harus juga dilakukan terus menerus untuk mencapai ketajamannya sehingga pisau dapat berguna. Anak-anak juga harus didik dengan teliti dan hati-hati terutama anak usia dini supaya dapat bertumbuh secara normal. Banyak orang tua mengakui bahwa mendidik anak merupakan suatu masalah yang kompleks dan jangan pernah salah. Oleh karena itu parenting ini perlu dilakukan dengan tekun, sabar dan diimbangi dengan ketegasan atau disiplin diri  yang tinggi.

Apabila kita mengamati para tukang kebun atau penata taman bunga, kita dapat belajar suatu pola parenting bagi anak-anak dari pengalaman mereka, terutama dalam upaya mereka mendedikasikan diri di kebun atau taman. Artinya para tukang kebun mempelajari seni menanam dan mengembangkan “kehidupan” pada tanaman. Sama halnya dengan sebuah kebun yang ditanami, di dalam suatu keluarga juga perlu seni menanam kehidupan terutama di dalam diri anak-anak untuk  bertumbuh dan berkembang dengan baik. Apabila tukang kebun memiliki pengetahuan tentang seni menanam kehidupan dengan merawat dan menjaga tanaman, demikian juga terjadi bagi orang tua untuk memiliki seni menanam kehidupan di dalam diri anak-anaknya serta merawat dan menjaga mereka.

Parenting macam apa yang dapat dipelajari dari tukang kebun?

1.      Memiliki suatu proyek tertentu. Tidak ada hal lain yang lebih penting dalam mendidik anak selain partisipasi untuk mengembangkan kehidupan anak-anak dari pihak orang tua. Di sini diperlukan sikap “memberi diri”. Artinya orang tua memberikan rasa puas dan bahagia kepada anak-anak. Seorang tukang kebun tidak dapat mengatakan bahwa tanamannya baik dan subur atau tanamannya jelek, tetapi yang paling penting baginya adalah ia memiliki cita-cita dan orientasi untuk membuat tanaman-tanaman itu hidup dan berguna. Tanpa suatu rencana atau proyek yang jelas dari sang tukang kebun maka ia tidak mungkin mendapat tanaman yang hidup dan berguna. Dalam hal parenting, orang tua juga hendaknya memiliki rencana atau proyek yang jelas bagi anak-anaknya. Arah mana yang harus diikuti dalam membina dan mendidik anak? Secara praktis, kalau ingin supaya anak-anak bahagia perlu keinginan yang berasal dari dalam hati. Keinginan dari dalam hati ini nantinya menjadi tujuan yang akan dicapai. Apabila sudah ada tujuan yang jelas maka ciptakanlah strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

2.      Mengambil keputusan. Menumbuh-kembangkan suatu makhluk hidup mengandaikan suatu tanggungjawab yang besar. Mengapa? Karena setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk berkembang. Setiap organisme hidup adalah unik dan bertumbuh menurut dinamika pribadinya. Menghormati pribadi yang lain juga merupakan hal yang esensial. Untuk dapat berkembang dengan baik perlu belajar untuk memfokuskan perhatian pada situasi, dan bekerja untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Orang tua perlu menyangkal diri dan melupakan diri sendiri.

3.      Menyiapkan lahan. Tanaman dapat bertumbuh dan berkembang pada tempat yang tepat. Demikian terjadi juga bagi anak-anak, di mana mereka seharusnya menemukan keluarga sebagai tempat yang tepat bagi kehidupan mereka. Di dalam keluarga, anak-anak mengalami kasih tanpa batas, keluarga sebagai sebuah rumah dimana mereka merasa dikasihi dan belajar untuk mengasihi. Anak-anak juga merasa diterima apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan. “Rumah kita” hendaklah menjadi perkataan bersama, bukan lagi rumah saya, rumah dia atau rumah mereka. Sama halnya dengan tanaman yang harus dirawat dengan disiplin tertentu, demikian juga anak-anak perlu diberi disiplin tertentu sehingga mereka dapat berkembang sebagai pribadi yang patuh, berani dan setia.

4.      Menyiapkan air. Lahan mungkin subur untuk tanaman namun kalau tidak disirami dengan air maka tanamanpun tidak akan bertumbuh. Air itu dapat disamakan dengan komunikasi yang berlangsung timbal balik di dalam keluarga. Banyak keluarga yang mengalami sindrom Yudas Iskariot yang “terlalu sibuk” dengan karir, atau terbelenggu dengan aktivisme sehingga lupa membangun komunikasi dengan anak-anak. Komunikasi yang baik dengan anak-anak mengandaikan kemampuan orang tua untuk mendengar. Mendengar dengan baik berarti membiarkan anak-anak mengekspresikan diri mereka seadanya kemudian masuklah melalui pintu hati anak-anak, hindarilah masuk melalui pintu hati sebagai orang tua. Jangan menghalangi mereka pada saat berbicara, biarkan mereka puas berbicara dan tanggapilah pembicaraan mereka sesuai keadaan yang ada.

5.      Kekhawatiran akan cahaya. Supaya tanaman-tanaman dapat bertumbuh dengan baik maka mereka memerlukan cahaya. Tanaman memiliki iritabilitas tertentu untuk senantiasa bergerak ke arah sumber cahaya. Akibatnya bentuk batang tanaman akan beradaptasi dengan lingkungannya. Cahaya itu berguna bagi pikiran dan jiwa manusia. Cahaya tidak lain adalah budaya, adat kebiasaan, kehidupan moral, latihan-latihan keterampilan tertentu, seni, inteligensi, kebajikan-kebajikan, bela rasa, religiositas. Semua ini hendaknya tercipta dan di alami di dalam keluarga.

6.      Bekerja dengan penuh semangat. Kehebatan dari tukang kebun dilihat pada seberapa subur dan indahnya tanaman-tanaman di lahan di mana ia bekerja. Orang tua di dalam sebuah keluarga menjadi hebat karena bekerja dengan semangat untuk kanak-anaknya. Ada kebahagiaan dan suka cita istimewa dalam keluarga sehingga membawa energi baru bagi keluarga. Kebahagiaan sejati bukanlah suatu kemenangan tapi suatu tindakan untuk maju. Orang tua harus punya perhatian istimewa kepada anak-anak. Jangan hanya membatasi diri pada hal-hal yang umum saja. Mendidik itu indah karena merupakan suatu proses dimana anak-anak dapat belajar banyak sehingga dapat mempraktekan dimensi-dimensi baru kemanusiaan mereka.

7.      Membersihkan rumput liar. Lahan, air, cahaya merupakan elemen-elemen penting bagi pertumbuhan tetapi itu belumlah cukup. Tukang kebun yang baik akan menjaga tanaman-tanaman supaya bertumbuh dengan baik, tidak dihalangi oleh rumput-rumput liar. Demikian terjadi juga dengan para orang tua yang setia menjaga anak-anaknya dari kejahatan dan dosa. Perlu diingat bahwa perkembangan anak-anak itu bertahap. Kemandirian juga diperoleh tahap demi tahap. Sama seperti tukang kebun yang hati-hati mencabut rumput liar demikian terjadi juga dengan anak-anak. Kewaspadaan itu indah!

8.      Melatih kesabaran. Tukang kebun sangat teliti dan taat pada apa yang harus dia lakukan. Ia membuat daftar pekerjaan pada hari itu secara jelas. Ia juga melakukan monitoring terhadap pekerjaan-pekerjaan dan tanaman. Tentu semua ini harus dilakukan dengan semangat kesabaran. Tukang kebun tidak dapat memaksa tanamannya untuk cepat berbuah. Melatih kesabaran tentu akan lebih berat dalam parenting. Orang tua terkadang keliru dalam memperlakukan anak-anaknya. Ada yang berpikir bahwa dalam proses perkembangan ini anak-anak itu bertumbuh menjadi dewasa sesuai kategori sebagai orang tua. Kesabaran dapat ditunjukkan dengan membiarkan anak-anak bertumbuh secara normal.


Akhirnya,

Sungguh luar biasa. Pengalaman tukang kebun dapat menjadi model bagi orang tua dalam mendidik anak-anak di rumah. Kalau tanaman saja dapat dirawat dengan baik sehingga menghasilkan buah dan daun yang baik, maka akan lebih baik lagi bagi orang tua yang merawat anak-anaknya. Kita butuh generasi baru yang hebat.
PJSDB

1 comment:

  1. Saya merasa teori mengumpamakan orang tua sebagai tukang kebun yang selalu memperhatikan tanaman sangat bagus. Namun di Metropolitan ini ortu hanyallah pencari uang untuk mencukupi kebutuhan anak, namun jauh dari sikap cinta dan perhatian. Anak-anak tumbuh tanpa disirami ataupun mendapat sinar secukupnya. Akibatnya tumbuh diantara rumput liar yang akibatnya jatuh kelingkungan yang kurang sehat. Contohnya keponakanku : Dua anak kembar ini dibiarkan tumbuh dalam asuhan ibu tiri yang tidak sayang anak. Kerap tidak diberi makan. Ayahnya yang adalah ipar saya hanya melanjukan usaha adikku berdagang. Akhirnya kena hepatitis C dalam waktu 10 thn dia akhirnya meninggal. Anak yang laki-laki yang coba saya ampu dia lari ke internet. Dan saudara kembarnya agak kolokan, karena kurang perhatian dan minta perhatian lebih. Namun akhirnya berkat doa yang laki-laki mau kerja. Yang perempuan dalam adaptasi lingkungan dia kena sakit maag dan radang kandung kemih. Namun saat ini karena ada perhatian dari ibu yang baik dia kembali sehat. Perlu kiranya pendampingan calon mempelai agar tidak hanya mencari uang tetapi bersikap seperti tukang kebun yang selalu perhatian pada tanamannya.

    ReplyDelete