Friday, November 11, 2011

Renungan 11 Nopember 2011


St. Martinus dari Tours

Keb 13:1-9; Mzm 19:2-5; Luk 17:26-30

Siap menanti kedatanganNya

Menunggu seseorang atau barang tertentu adalah hal yang melelahkan. Orang perlu persiapan yang matang, dan memiliki angan-angan yang baik untuk memuaskan tamu yang ditunggu. Situasi akan berubah kalau ternyata tamu yang ditunggu itu terlambat atau bahkan membatalkan kedatangannya. Semangat menunggu menjadi kendor, muncul rasa putus asa dan tidak siap dengan sungguh-sungguh untuk menerima tamu tersebut pada kesempata berikutnya.

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya atau kedatangannya yang mulia untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Kedatangan Yesus ini terjadi pada saat orang sedang sibuk dengan urusan hidupnya masing-masing: makan, minum, kawin, membeli, menjual, menanam, membangun. Untuk menyadarkan para muridNya, Yesus lalu mengambil contoh Nuh dan Lot sebagai pribadi-pribadi yang “siap menanti” dalam Perjanjian Lama. Orang-orang lain di luar Nuh dan Lot sibuk dengan urusan mereka sendiri, menikmati dosa-dosa. Mereka hancur bersama air bah pada zaman Nuh atau tewas bersamaan dengan hancurnya kota Sodom dan Gomora pada zaman Lot.

Dalam Kitab Kejadian, Kisah Nuh selalu dikaitkan dengan kisah air bah. Lamekh memperanakan Nuh  dan Nuh memperanakan Shem, Ham dan Yafet (Kej 5:32). Dan ketika manusia bertambah banyak dan semakin berdosa maka Tuhan berfirman untuk menghapus manusia dan ciptaan-ciptaan lainnya di atas dunia (Kej 6:7). Nuh sendiri adalah orang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Ia juga bergaul dengan Allah (Kej 6:9-10). Maka Allah berkehendak untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari air bah. Ia lalu membuat bahtera sebagai tempat berlindung.

Nuh dalam Kitab Kejadian ini mirip dengan Yesus dalam Perjanjian Baru. Sama seperti Nuh yang menjadi penghubung dunia lama yang hancur karena dosa dan diperbaharui dengan air bah, demikian Yesus membaharui manusia lama akibat dosa dengan darahNya yang mulia dan air pembabtisan menjadi sakramen keselamatan bagi Gereja saat ini. Nuh berarti penghiburan atau peristirahatan (Kej 5:29). Yesus juga menjadi penghibur bagi mereka yang letih lesuh dan berbeban berat (Mat 11:28). Padanya Bapa surgawi membuat Perjanjian Baru, suatu generasi manusia baru. Nuh juga menjadi model orang percaya di antara orang-orang yang tidak percaya (Ibr 11:7).      

Sebagai pengikut Kristus, kita diharapkan untuk selalu siap kapan dan dimana saja kita berada. Apa yang harus kita lakukan? Pertama, Membangun sikap lepas bebas terhadap semua harta duniawi. Yesus berkata, “Di mana hartamu berada di situ hatimu juga berada.” Nah, Yesus menghendaki suatu komitmen pribadi di mana orang harus bijaksana terhadap semua yang dimiliki dan selalu mengucap syukur kepada Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu. Kadang orang hanya melihat ciptaan dan dipakai tanpa bersyukur kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedua, metanoia atau sikap tobat yang radikal. Perlu diingat bahwa pada saat kedatangan Tuhan tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki masa lalu kehidupan kita. Bagi mereka yang sudah memberi dirinya kepada Tuhan dan sesama, yang mampu mengasihi seperti Tuhan sendiri akan menyelamatkan dirinya. Pengadilan Tuhan pada saat itu laksana sebuah pedang yang memisahkan relasi-relasi menusiawi, perkawinan dan pekerjaan. Kapan dan di mana semuanya itu? Yesus dengan tegas mengatakan: “Dimana ada mayat, disitulah berkumpulah burung nazar.”

Hari ini kita semua juga disadarkan untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan sang Pencipta segala sesuatu dan mengimaninya. Proses membenahi diri dari kesombongan pribadi karena memiliki banyak harta dan lupa bersyukur kepada Tuhan. Ciptaan di atas dunia ini menampilkan wajah sang Penciptanya. Kelemahan manusiawi justru pada sikap hanya berfokus pada ciptaan sehingga menjadikan ciptaan sebagai berhala sedangkan Penciptaanya dilupakan.

Sabda Tuhan menyapa kita hari ini supaya kita tidak boleh takut dengan gambaran apokaliptik (akhir zaman). Gambaran akhir zaman ini membuat kita seharusnya mawas diri dan aktif menyiapkan diri menanti kedatangan Tuhan, menanti kematian kita masing-masing. Apakah anda siap untuk mati saat ini dan bertemu dengan Tuhan? Kamu harus menjadi anak-anak terang! Doa kita: Langit menceritakan kemulianMu, ya Tuhan. PJSDB

No comments:

Post a Comment