Bacaan-bacaan:
IMak 4:36-37.52-59
Mzm 1Taw 29:10-12
Luk 19:45-48
Luk 19:45-48
Rumahku adalah rumah doa
Kita percaya bahwa Yesus
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Kemanusiaan Yesus
ditinjukkan dengan ungkapan perasaanNya: menangis! Yesus menangisi Lazarus
sahabatNya yang sudah meninggal dunia (Yoh 11:35 ). Yesus menangisi Yerusalem
(Dominus Flevit) karena Yerusalem menutup dirinya terhadap keselamatan yang
datang dari Tuhan dalam diriNya (Luk 19:44). Setelah menangisi Yerusalem dan
memprediksikan hancurnya kota damai ini, Yesus lalu menuju ke Bait Allah. Bait
Allah adalah pusat peribadatan yang mempersatukan Tuhan dan umatNya. Semua mata
tertuju ke Jerusalem. Disanalah keselamatan itu terpenuhi.
Yesus yang masuk ke dalam Bait Allah laksana seorang nabi yang berbicara dan menyadarkan Umat Allah. Di Bait Allah, Yesus juga menunjukkan kuasaNya sebagai Anak Allah. Ia membersihkannya dan menyiapkan tempat itu untuk pengajaranNya. (Luk 20: 1-21.38). Apa yang Yesus lakukan? Ia masuk ke dalam Bait Allah, dan mengusir semua pedagang. Kuasa yang ditunjukkan atas Bait Allah diungkapkan seperti ini: “Rumahku adalah rumah doa, tetapi kalian menjadikannya sarang penyamun!” (Yes 56:7; Yer 7:11). Kuasa Yesus atas Bait Allah ini sejalan dengan apa yang sudah dinubuatkan Maleakhi: “Lihat Aku menyuruh utusanKu supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu. Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke dalam baitNya! Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan mentahirkan orang Lewi..” (Maleakhi 3:1.3).
Yesus yang masuk ke dalam Bait Allah laksana seorang nabi yang berbicara dan menyadarkan Umat Allah. Di Bait Allah, Yesus juga menunjukkan kuasaNya sebagai Anak Allah. Ia membersihkannya dan menyiapkan tempat itu untuk pengajaranNya. (Luk 20: 1-21.38). Apa yang Yesus lakukan? Ia masuk ke dalam Bait Allah, dan mengusir semua pedagang. Kuasa yang ditunjukkan atas Bait Allah diungkapkan seperti ini: “Rumahku adalah rumah doa, tetapi kalian menjadikannya sarang penyamun!” (Yes 56:7; Yer 7:11). Kuasa Yesus atas Bait Allah ini sejalan dengan apa yang sudah dinubuatkan Maleakhi: “Lihat Aku menyuruh utusanKu supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu. Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke dalam baitNya! Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan mentahirkan orang Lewi..” (Maleakhi 3:1.3).
Yesus tidak hanya mengusir para
pedagang yang telah mengotori Bait Allah. Ia juga menegur para pemimpin Yahudi (para
imam kepala dan ahli-ahli taurat) yang tidak peka terhadap kekudusan Rumah
Tuhan. Para pemimpin Yahudi ini seolah-olah tidak mengerti makna Bait Allah. Bagi
Yesus, sikap para pemimpin turut menghancurkan Bait Allah. Itu sebabnya Ia mau mengusir
para pedagang dan mengajar di dalam bait Allah sekaligus menatanya kembali.
Tetapi para imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan bagaimana membunuh
Yesus.
Upaya membersihkan bait Allah
juga pernah terjadi ketika Yudas Makabe bersama saudara-saudaranya berjuang
untuk mentahbiskan Bait Allah yang sudah tercemar. Bait Allah yang sudah mengalami
profanasi ditahbiskan sekali lagi untuk menjadi tempat kudus yang mempersatukan
Tuhan dan umatNya. Ibadah merupaka saat untuk bersatu dengan Tuhan. Ibadah juga
menunjukkan kesetiaan sebagai umat dengan Tuhan sendiri. Dengan demikian bait
Allah adalah tetap diingat sebagai tempat Allah menjumpai umatNya. Ia berbicara
dari hati ke hati dengan umat kesayanganNya.
Sabda Tuhan hari ini mengajak
kita untuk menyucikan rumah Tuhan sebagai rumah doa dan rumah untuk mendengarkan Sabda Tuhan.
Bagi kita saat ini, rumah Tuhan adalah bangunan Gereja sebagai pusat peribadatan kita. Gereja kita ditahbiskan oleh Uskup sebagai pimpinan gereja lokal. Kita harus jujur di hadirat Tuhan karena banyak kali Gereja dijadikan sarang penyamun: tempat transaksi bisnis, ngobrol selama ibadat, jumpa fans, negatif thinking sama orang yang ke Gereja, berpakaian yang tidak sopan dan lain-lain. Kita keliru dan berpikir bahwa Rumah Tuhan sama dengan mall atau tempat berrekreasi di akhir pekan.
Di samping Gereja sebagai bangunan, Bait Allah adalah tubuh kita sendiri. Santu Paulus menasihati bahwa Tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Tubuh kita menjadi sarang penyamun ketika Tubuh kita disalahgunakan atau dilecehkan untuk kepuasan manusiawi. Ketika tubuh kita seakan dianggap tidak memiliki nilai atau martabat. Maka sikap yang tepat adalah hargailah nilai-nilai kehidupan, hargailah tubuh kita dan sesama sebagai tempat tinggal Tuhan sendiri.
Bait Allah juga menjadi simbol kehadiran Tuhan selamanya (surga). Maka hidup kita seharusnya selalu terarah ke surga, rumah Allah yang kekal. Satu-satunya kerinduan kita adalah tinggal di rumah Tuhan seumur hidup kita.
Bagi kita saat ini, rumah Tuhan adalah bangunan Gereja sebagai pusat peribadatan kita. Gereja kita ditahbiskan oleh Uskup sebagai pimpinan gereja lokal. Kita harus jujur di hadirat Tuhan karena banyak kali Gereja dijadikan sarang penyamun: tempat transaksi bisnis, ngobrol selama ibadat, jumpa fans, negatif thinking sama orang yang ke Gereja, berpakaian yang tidak sopan dan lain-lain. Kita keliru dan berpikir bahwa Rumah Tuhan sama dengan mall atau tempat berrekreasi di akhir pekan.
Di samping Gereja sebagai bangunan, Bait Allah adalah tubuh kita sendiri. Santu Paulus menasihati bahwa Tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Tubuh kita menjadi sarang penyamun ketika Tubuh kita disalahgunakan atau dilecehkan untuk kepuasan manusiawi. Ketika tubuh kita seakan dianggap tidak memiliki nilai atau martabat. Maka sikap yang tepat adalah hargailah nilai-nilai kehidupan, hargailah tubuh kita dan sesama sebagai tempat tinggal Tuhan sendiri.
Bait Allah juga menjadi simbol kehadiran Tuhan selamanya (surga). Maka hidup kita seharusnya selalu terarah ke surga, rumah Allah yang kekal. Satu-satunya kerinduan kita adalah tinggal di rumah Tuhan seumur hidup kita.
Doa kita: Tuhan, betapa indah
rumahMu.
PJSDB
No comments:
Post a Comment