Ul 4:1.5-9
Mzm 147:12-13.15-16.19-20
Mat 5:17-19
Mzm 147:12-13.15-16.19-20
Mat 5:17-19
Iman diwartakan turun-temurun
Ketika mengikuti sebuah upacara
pengikraran kaul kekal beberapa frater dari sebuah kongregasi saya mendengar
sebuah sambutan dari wakil para orang tua yang sangat menarik. Ibunda salah
seorang jubilaris berkata: “Anak-anakku yang terkasih kaul-kaul yang
kalian ikrarkan tadi adalah tanda pemberian diri secara total kepada Tuhan.
Ingatlah baik-baik bahwa kaul-kaul yang kalian ikrarkan itu ibarat sebuah
rantai yang saling mengikat satu sama lain. Maksudku adalah kalau seorang hidup
taat maka dia akan hidup miskin dan hidup murni. Kalau seorang hidup miskin
maka dia akan hidup taat dan hidup murni. Kalau seorang hidup murni maka dengan
sendirinya dia hidup taat dan hidup miskin. Sekian dan terima kasih.” Semua
orang kagum dengan sambutan yang singkat, jelas, padat dan memiliki makna yang
mendalam ini.
Orang-orang Israel adalah umat
terpilih dan mereka dikasihi Tuhan. Tuhan mengikat janji kasihNya dengan mereka
mulai dari nenek moyang mereka yaitu Abraham, Ishak dan Yakub serta keturunan-keturunan
mereka. Ikatan kasih itu berlanjut turun temurun. Setiap kali Tuhan berfirman
entah melalui Musa atau para Nabi, Ia selalu memulai dengan berkata: “Dengarlah
Israel”. Memang mendengar adalah awal pengakuan iman bagi orang Israel.
Mendengar berarti keluar dari diri sendiri, keluar dari dunia yang sempit untuk
masuk dalam dunia Tuhan yang lebih besar yakni Wahyu ilahiNya. Orang yang
mendengar dengan baik dapat mentaati dengan baik juga. Itu sebabnya Kitab
Ulangan mengingatkan orang Israel untuk mendengar dengan baik dan melakukan
segala peraturan dan ketetapan Tuhan secara turun temurun. Mereka diharapkan
untuk setia karena itu adalah kebijaksanaan bagi mereka di hadapan
bangsa-bangsa lain.
Mendengar dengan baik menjadi
tradisi istimewa bagi orang Israel. Setiap pagi ketika memulai hari baru mereka
diingatkan untuk mendengar. Tuhan bersabda melalui Musa: “Shema
Yisrael Adonai Elohenu Adonai echad.” (Ul 6:4). Bapa di surga bersaksi: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”
(Mrk 9:7). Mengapa mendengar Yesus? Karena Ia datang untuk menggenapi hukum
Taurat. Oleh karena itu setiap pribadi diajak untuk melakukan dan mengajarkannya
secara turun temurun. Banyak kali peraturan-peraturan baru ditambahkan sehingga
meniadakan hukum kasih. Yesus justru menggenapi Hukum Taurat dengan kasih dan
pengurbanan diriNya.
Kita perlu berbangga karena iman
yang kita akui sekarang di dalam Gereja Katolik adalah iman para Rasul. Tuhan Yesus
telah memilih mereka dan mereka mendengarNya. Iman itu muncul dari pendengaran
mereka (Rm 10:17) dan diwariskan turun-temurun hingga kepada kita. Setiap kali
mengucapkan Credo atau doa Aku Percaya, kita semua mengulangi pengakuan iman
para rasul. Mari kita menunjukkan kesetiaan iman kita yang merupakan warisan
turun-temurun. Kita juga bersyukur karena Wahyu Tuhan Yesus pun kita dapat
menerima dan mengenalya. Pernakah anda bersyukur karena iman para rasul ini?
Apakah anda sungguh menyadari dan
menghayati doa Aku Percaya?
Doa:
Tuhan terima
kasih atas iman yang Engkau berikan kepada kami. Bantulah kami untuk hidup
sesuai kehendakMu. Semoga kami mampu mendengarMu. Kuatkanlah panggilan
kami-masing-masing sehingga dengan mendengarMu kami juga mampu mewariskan iman
kami ini kepada anak-anak dan cucu-cucu. Amen
PJSDB
No comments:
Post a Comment