Tuesday, March 6, 2012

Renungan 6 Maret 2012

Yes 1:10.16-20; Mzm 50: 8-9.16bc-17.21.23; Mat 23:1-12

Kasih dan pengampunan Tuhan tiada batasnya

Seorang ibu memangku anaknya yang berusia dua tahun. Ia mengajaranya banyak hal. Cara berbicara, cara makan dan minum, cara menyapa dan menyalami orang, cara membuat tanda salib. Sambil menunjukkan cara-cara yang baik, ia menitipkan pesan-pesan yang perlu dihindari yang berlawanan dengan segala sesuatu yang diajarkan. Memang kesempatan-kesempatan khusus dalam pendidikan anak sangatlah penting. Boleh dikatakan bahwa itu adalah waktu emas bagi anak untuk belajar berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat.

Tuhan selalu menunjukkan kebaikanNya kepada manusia. Itu sebabnya Dia disebut Mahabaik. Yesaya memahami kebaikan Tuhan dan menyeruhkan pertobatan manusia di hadapanNya. Ia berseru: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik.”  Perbuatan-perbuatan baik yang perlu dilakukan adalah: “Usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah hak-hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.”  Jadi melalui Nabi Yesaya Tuhan menghendaki pertobatan orang-orang berdosa dan wujud nyata pertobatan adalah pelayanan kasih kepada orang-orang kecil. Dengan demikian janji Tuhan akan pengampunan dosa adalah: “Sekali pun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kesumba akan menjadi putih seperti bulu domba”. Luar biasa kasih dan pengampunan Tuhan bagi manusia.

Pertobatan yang benar perlu menghindari sikap-sikap munafik sebagaimana dicontohkan Yesus tentang kemunafikan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka justru menggunakan posisi dan status social untuk melakukan perbuatan dosa melawan kasih terhadap sesama. Yesus mengatakan bahwa mereka menggunakan “kursi Musa” sebagai simbol pemangku Taurat yakni Musa untuk mengajar. Sayang sekali mereka hanya dapat mengajar tetapi tidak melakukannya. Pertobatan tidak hanya diungkapkan “Saya bertobat” tetapi dilakukan dalam perbuatan nyata. Orang perlu rendah hati di hadirat Tuhan sebagai Bapa yang baik dan kekal.


Pertobatan juga membuat orang memandang hanya kepada Tuhan. Bapa di surga adalah satu-satunya Bapa yang benar. Dialah yang menjadikan segala sesuatu untuk kita. Tuhan Yesus adalah Rabbi dan pemimpin kita kepada Bapa di Surga. Dialah Jalan, Kebenaran dan Hidup kita. Dialah Musa baru yang mengajar kita Jalan kepada Bapa. Yesus adalah segalanya bagi kita! Dialah satu-satunya penyelamat kita.


Betapa bahagianya hati kita ketika mengalami pengampunan. Ketika orang dengan ramah mengatakan kepada kita: “Aku mengampuni kesalahanmu. Aku memaafkan engkau saudaraku”. Dan lebih berbahagia lagi ketika Tuhan sendiri menunjukkan kerahimanNya dengan mengampuni dosa dan salah kita. Sakramen tobat dalam Gereja katolik menjadi tanda kita mengalami kemurahan hati dan kerahiman Tuhan. Apakah anda sudah menyadarinya? Apakah sakramen ini menjadi kebutuhan rohani kita? Apa pengalamanmu yang mengesankan tentang Sakramen Tobat? 


PJSDB 

No comments:

Post a Comment