Saturday, March 3, 2012

Renungan 3 Maret 2012


Ul 26:16-19; Mzm 119:1-2.4-5.7-8; Mat 5:43-48

Mengasihi musuh?

Konon dalam sejarah Amerika, pernah terjadi perang saudara. Pada saat itu Amerika di pimpin oleh presiden Abraham Lincoln. Dalam suatu perjamuan kenegaraan ia sempat berbicara tentang pihak musuh di bagian selatan negara itu. Ia berkata, "Mereka-mereka di bagian selatan adalah orang yang sedang melakukan suatu kekeliruan. Oleh karena itu mereka bukanlah musuh yang harus dibasmi". Tentu saja pernyataan tuan presiden ini mengandung pertentangan di dalam ruang perjamuan. Seorang ibu dengan keras menegurnya: "Tuan presiden seharusnya malu. Mereka itu telah bermusuhan dengan kita. Seharusnya tuan memikirkan strategi bagaimana menghancurkan mereka!". Dengan tenang Lincoln berkata, "Ibu, bukankah kita sudah menghancurkan mereka dengan menjadikannya sebagai sahabat kita?"

Betapa gampangnya kita memiliki atau menjadikan sesama menjadi musuh. Apabila sudah ada pribadi-pribadi yang masuk kategori musuh maka mereka-mereka inilah yang setiap hari masuk dalam pikiran jahat. Ada saja strategi bagaimana menghancurkan mereka atau membalas dendam terhadap mereka. Tetapi Yesus membaharui kebiasaan “membenci musuh” dengan “mengasihi musuh”. Ini betul-betul suatu Injil atau kabar sukacita yang baru. Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu!” Mengapa demikian? Karena Tuhan  Allah Bapa sendiri mengasihi semua orang. Orang baik dan orang jahat dikasihiNya dengan menciptakan matahari dan hujan. Cinta kasih kepada sesama itu sifatnya universal dan orang berdosa juga membuatnya tetapi cinta kasih menjadi istimewa ketika musuh juga dikasihi. Orang yang mampu melakukannya akan menjadi orang kudus menyerupai Tuhan yang Mahasempurna yang mengasihi semua manusia.

Mengasihi adalah perintah Tuhan atau ketetapan Tuhan yang perlu dihayati oleh setiap orang. Kepada umat Perjanjian Lama Tuhan bersabda: “Dengarlah hai orang Israel: Tuhan Allah kita itu, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu (Ul 6:4-5), dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Im 19:18). Yesus mengulanginya dengan mengatakan bahwa kasih adalah hukum utama. Mengapa? Karena Allah sendiri adalah kasih! (1Yoh 4:8.16).

Marilah kita saling mengasihi karena kasih itu berasal dari Tuhan. Masa prapaskah mengundang kita untuk membenahi diri kita karena Yesus Kristus sebagai pusat permenungan kita menunjukkan kasih tanpa batas dengan menebus semua orang. Ia mengampuni para algoju dari Salib: “Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Mampukah kita mengasih semua orang, bahkan musuh sekali pun? Ingatlah para musuhmu dan belajarlah untuk mengasihi mereka!

PJSDB

No comments:

Post a Comment