Friday, March 16, 2012

Renungan 16 Maret 2012


Jumat Pekan III/B Prapaskah
Hos 14:2-10 
Mzm 81:6c-11b.14.17
Mrk 12:28-34

Kasih berasal dari Allah

Ada seorang bapa yang tidak waras. Ia selalu rajin ke Gereja. Tetapi salah satu kelemahannya adalah selalu rebut di dalam Gereja. Kadang-kadang selama perayaan ekaristi berlangsung ia berteriak histeris atau berbicara sendiri dengan suara yang kuat. Pada suatu ketika, ia berteriak histeris selama homily belangsung. Maka pastor menyuruh petugas tatib untuk mengeluarkannya dari Gereja. Dia bertanya kepada petugas tatib: “Mengapa saya harus keluar dari Gereja?” “Kamu mengganggu umat lain karena ribut” kata salah satu petugas. Ketika tiba di depan pintu utama, ia berteriak dengan suara nyaring: “Romo boleh menyuruh saya keluar dari dalam Gereja hari ini, tetapi belum tentu Tuhan Yesus menyuruh saya keluar karena saya percaya bahwa Dia mengasihi saya”. Sebuah tamparan bagi Romo dan umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi hari itu karena orang yang dianggap tidak waras ternyata lebih waras.

Nabi Hosea yang bernubuat di Samaria mengingatkan kita bahwa kasih itu berasal dari Allah. Kasih Allah dashyat dan punya kuasa besar. Oleh karena itu umat Israel diharapkan merasakan kasih itu dan menjawabinya dengan pertobatan. Pertobatan dalam arti setiap orang hanya memfokuskan diri pada Allah yang benar yaitu Allah nenek moyang mereka dan bukan kepada dewa-dewi atau ilah-ilah lain. Buah dari pertobatan adalah kebijaksanaan dalam arti umat Allah memiliki cara baru dalam berelasi dengan Tuhan dan mengimaninya dalam kasih. Jadi cara berpikir mereka harus menyerupai Tuhan, berjalan dalam terang hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan. Dengan cara baru berelasi dengan Tuhan ini maka akan berdampak dalam usaha membangun relasi dengan sesama.

Pengalaman iman yang diungkapkan Hosea kepada umat Israel untuk membangun relasi baru dengan Tuhan dan sesame terungkap dalam relasi kasih. Yesus menggenapi hukum Tuhan yakni hukum kasih. Ia berkata kepada Ahli Taurat bahwa hukum yang pertama adalah: “Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap  akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu (Mrk 12:29-30; Ul 6:4-5). Hukum yang kedua yang sama dengan hukum pertama adalah “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk 12: 31; Im 19:18). Jadi, porsi kasih kepada Tuhan sama dengan porsi kasih terhadap sesama.


Shema (dengarlah) Israel merupakan ekspresi iman umat Israel. Sebuah deklarasi iman yang utuh kepada Yahweh dan kasih kepada Allah yang Esa. Kita menemukan ekspresi ini fdalam Kitab Ulangan 6:4. Tetapi pada abad kedua dimasukkan juga 6:5-9; 11:13-21 dan Bilangan 15:37-41. Pengakuan iman ini diucapkan oleh orang-orang Yahudi pada pagi dan malam hari. Pengakuan iman sebagai ungkapan kasih ini diwariskan turun temurun. Jawaban Yesus ini juga untuk mengingatkan khalayak ramai bahwa sebagai orang Yahudi mereka memiliki 613 hukum tetapi yang terpenting adalah hukum kasih. Ini adalah hal baru yang ditekankan Yesus. Mengasihi Allah merupakan inti sari semua hukum Taurat dan sebanding dengan mengasihi sesama. 


Ahli Taurat setuju dengan jawaban Yesus dan bahwa hukum kasih itu jauh lebih luhur dibandingkan dengan kurban persembahan dan kurban bakar. Masalah yang masih ada dalam diri ahli Taurat adalah masih ada gap antara apa yang yang ia ketahu dan apa yang seharusnya ia hayati. Mungkin mirip dengan kita yang tahu banyak ajaran kristiani tetapi jauh dari penghayatan pribadi kita.

Hidup sebagai orang yang dibaptis berarti hidup dalam kasih Allah yang tak berkesudahan karena kita dibaptis dalam nama Allah Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Dia adalah kasih yang sempurna. Kalau kita menyadari Sakramen Pembaptisan ini maka tugas kita adalah bersyukur atas kasih Tuhan Allah dan selalu mengasihiNya dan menjadi pembawa kasih Allah kepada sesama yang lain. Sadarkah anda bahwa anda dibaptis untuk itu?

PJSDB 

No comments:

Post a Comment