Wednesday, March 7, 2012

Renungan 7 Maret 2012

St. Perpetua dan Felisitas
Yer 18: 18-20; Mzm 31:5-6.14.15-16; Mat 20:17-28

Nilai sebuah penderitaan

Pernakah anda memperhatikan pohon buah di pinggir jalan? Setiap orang yang melewati pohon itu akan melakukan hal-hal tertentu padanya. Kalau ada yang membawa benda tajam seperti parang maka sengaja atau tidak sengaja mereka dapat melukai batang pohon tersebut. Apabila pohon itu berbuah maka orang akan mengambil batu dan melempari pohon atau memanjat dan memetik buahnya. Kalau memerlukan batang atau dahan maka pohon itu ditebang. Pohon itu menderita tetapi tidak pernah berhenti memberi buahnya untuk dimakan dan daun-daun yang rindang untuk melindungi mereka yang berteduh di bawahnya.


Dua figur tampil hari ini dari Sabda Tuhan untuk membantu kita memahami nilai sebuah penderitaan. Yeremia adalah nabi yang dianiaya oleh saudara-saudaranya. Ia tidak melakukan satu kesalahan apapun tetapi dianiaya dan mengalami penderitaan. Dalam keadaan menderita ia berdoa kepada Tuhan: “Perhatikanlah aku, ya Tuhan, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Mereka telah menggali lubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapanMu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarahMu disurutkan dari mereka.”


Pengalaman Yeremia ini dialami juga oleh Yesus sendiri. Ia mengajak para muridNya untuk pergi ke Yerusalem dan di sana Ia akan diserahkan kepada para imam kepala, para ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhinya hukuman mati. Ia akan diolok-olok, disesah dan salibkan tetapi pada hari ketiga Dia akan dibangkitkan. Penderitaan Yesus ini akan dialami oleh para muridNya. Mereka akan meminum dari piala yang satu dan sama yaitu piala penderitaan Yesus Kristus. Artinya semua pengalaman Yesus menjadi pengalaman mereka, dan juga menjadi pengalaman Gereja di dunia saat ini.


Dengan memperhatikan kedua figur ini, kita melihat kesamaan di antara mereka yaitu sama-sama sebagai utusan Allah yang menderita meskipun mereka sendiri tidak bersalah. Mereka berpasrah kepada kehendak Allah. Penderitaan mereka membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Mereka juga tidak pernah berhenti berbuat baik.


Apa yang harus di
lakukan? Jangan berhenti berbuat baik kepada sesama meskipun banyak penderitaan dan kemalangan yang dilami. Santo Paulus berkata: "Kalau Tuhan ada di pihak kita, siapa yang akan melawan kita? (Rom 8:31). "Nabi Yeremia dan Yesus memberi teladan bertahan dalam derita, dan tidak berhenti berkurban untuk kebaikan sesama. Atau ibarat pohon yang tidak pernah berhenti memberikan buah meski dilempari atau dilukai. Demikian pula kehidupan kita, semakin disakiti, hendaknya kita semakin berani memberi kesaksian iman akan Yesus yang menderita untuk kebaikan banyak orang. Apakah kita berani dan mampu memikul salib serta memberi kebahagiaan kepada sesama? Santa Perpetua dan Felisitas adalah para martir yang dapat menjadi teladan bagi kita!

PJSDB

No comments:

Post a Comment