Berhenti sejenak…
Saya pernah melakukan perjalanan dan harus mengantri di pelaporan imigrasi keberangkatan. Saya melihat orang-orang begitu tertib mengantri, tidak seperti microlet yang mengejar target dan penumpang di Cikupa, Tangerang yang saya saksikan setiap sore. Setelah dekat dengan petugas imigrasi saya melihat garis kuning dan ada tulisan ‘stop’. Tulisan ‘stop’ memang tidak bersuara tetapi ternyata suaranya lebih keras sehingga semua orang patuh kepadanya. Sesekali di jalur yang lain ada orang-orang berwajah +62 tidak mematuhi tulisan ini, tidak mengantri sehingga petugas harus menyampaikan mereka untuk mengantri.
Mentalitas instan memang menguasai hidup kita semua. Kadang-kadang kita bukan hanya bersabar dalam antrian panjang tetapi bersabar juga dengan diri sendiri. Ternyata bersabar dengan diri sendiri sangatlah sulit. Coba anda menghitung saja pada hari ini, apakah anda cukup sabar dengan dirimu? Saya yakin bahwa anda juga tidak mampu menaklukan dirimu hari ini. Apakah anda cukup sabar dengan sesamamu? Kalau dengan diri saja sulit apa lagi anda mau bersabar dengan sesama? Mentalitas instan telah membuat kita meremehkan diri kita dan kehadiran sesama di sekitar kita. Pokoknya ada hasrat supaya semuanya cepat-cepat terpenuhi, seperti kita membuka kaleng coca cola dan langsung minum.
Belajarlah untuk berhenti… stop. Saya teringat pada perkataan-perkataan berikut ini: “Berhentilah menyalahkan nasib, berhentilah menyalahkan diri sendiri, berhentilah menyalahkan orang lain, berhentilah menuding pengaruh dari luar, berhentilah menyalahkan masa lalumu. Berhentilah sejenak dan lihatlah ke depan. Masih ada harapan dan masa depan yang lebih baik. Sekiranya kita keluar dari litani berhentilah ini maka kita masih punya masa depan yang lebih bagus.
Mari berheti sejenak, memeriksa bathin dan lihatlah ke depan. Masih ada hari esok, masih ada harapan yang cerah. Tuhan tidak akan meninggalkanmu seorang diri. Berhentilah sejenak dan berbicaralah dengan-Nya dalam doa malam ini.
Tuhan memberkati,
P. John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment