Wednesday, June 17, 2020

Homili 17 Juni 2020

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XI
2Raj. 2:1,6-14
Mzm. 31:20,21,24
Mat. 6:1-6,16-18

Anda Follower yang setia?

Para pengguna media sosial pasti mengingat dan mengetahui istilah follower dalam setiap akun media sosialnya. Para follower akan menunjukkan kualitas mereka sebagai follower yang aktif dan follower yang pasif. Para follower aktif akan setia melihat, menyukai (like), mengomentari dan membagikan (share) setiap postingan. Para follower pasif hanya akan mengintip bahkan tidak pernah mengomentari apapun setiap postingan pemilik akun media sosial. Maka para pengguna media sosial kadang-kadang memiliki kecenderungan untuk mencari sensasi dengan cara apa saja untuk mendapatkan follower sebanyak mungkin. Apabila para follower masih sedikit akan berdampak pada rendahnya kepercayaan diri sang pemilik akun media sosial sedangkan memiliki follower yang banyak akan menyebabkan kepercayaan dirinya tinggi. Pertanyaannya adalah apakah para follower itu setia sampai selamanya dalam dunia nyata atau hanya dunia maya saja. Para follower yang hebat akan terus menerus menunjukkan kesetiaan kepada sahabatnya dalam dunia maya dan dunia nyata.

Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan tentang nabi Elia dan Elisa. Perjumpaan mereka terjadi dikebun, saat Elisa sedang membajak. Perjumpaan ini memang dimotori oleh Tuhan sendiri yang sudah mengingatkan Elia bahwa Elisa adalah penggantinya di masa depan. Elisa sendiri menyadari bahwa jubah yang dilempar Elia itu merupakan sebuah anugerah untuk panggilannya menjadi nabi. Sebab itu ia rela melepaskan segalanya untuk mengikuti Elia. Sekali mengikuti Elia berarti selamanya bersama Elia. Elisa benar-benar seorang follower sejati. Pada suatu kesempatan Elia dan Elisa berjalan dari Gilgal menuju kota Yeriko. Ketika tiba di kota ini Elia berkata kepada Elisa: "Baiklah tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh aku ke sungai Yordan." Elisa adalah follower Elia yang aktif dan setia sehingga ia menjawab: "Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau." (2Raj 2:6). Elia pun sepakat lalu berjalanlah ia bersama Elisa. Ada juga follower yang pasif dari nabi Elia sebanyak 50 orang, tetapi mereka hanya melihat dari jauh saat Elia dan Elisa sudah berada di sungai Yordan.

Bagaimana melewati sungai Yordan yang saat itu cukup dalam? Kali ini nabi Elia menunjukkan kuasa Tuhan. Ia menggunakan jubahnya, menggulung dan memukul air sehingga air sungai terbelah dua sehingga mereka melewati tanah yang kering. Selanjutnya Elia mengatakan kepada Elisa untuk meminta apa saja yang dia mau Elia lakukan baginya sebelum berpisah. Elisa meminta supaya Elia mewarisi dua bagian dari rohnya kepadanya. Reaksi Elia atas permintaan Elisa adalah: "Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi." (2Raj 2:10). Elia sangat hati-hati untuk memberi janji kepada Elisa. Namun kehendak Tuhan juga terjadi pada Elia. Sebab sambal bercakap-cakap datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya. Elia naik ke surga dalam badai. Elia benar-benar אליהו Eliyahu, yang berarti "Yahweh adalah Allah" sehingga ia diangkat ke surga.

Reaksi Elisa adalah merasa kehilangan sang bapak dan panutan. Ia berteriak memanggil nama Elia tetapi sudah menghilang ke surga. Sehingga ia merengut pakaiannya dan mengoyakannya menjadi dua. Ia juga memungut juba Elia yang telah terjatuh. Ia menggunakan jubah Elia untuk memukul air sungai Yordan dan seperti sebelumnya air sungai terbelah dua. Ia sempat berseru: “Di manakah Tuhan, Allah Elia?” Elisa menyeberang dan memulai tugas kenabiannya mengganti Elia.

Kisah Elia dan Elisa memang sangat inspiratif. Kesetiaan adalah segalanya bagi Elia dan Elisa. Elisa mengikuti dan melayani Elia sampai tuntas dan tidak setengah hati dalam melayani. Ini merupakan sebuah tantangan dalam hidup besama, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Apakah kita adalah follower yang aktif dan setia atau hanya follower yang pasif dan menjadi penonton saja? Apakah kita puas dengan sekedar mengikuti tanpa terlibat atau mengikuti dan terlibat dalam kehidupan. Elisa adalah inspirator kehidupan kita karena dia setia melayani Elia sampai tuntas.

Bagaimana kesetiaan kita sebagai follower Yesus Kristus? 

Pada hari ini, Tuhan Yesus menasihati kita untuk mewujudnyatakan kehidupan kristiani yang benar dalam kehidupan setiap hari. Ada tiga jalan yang perlu kita lakukan sebagaimana Yesus sendiri mengajar dan melakukannya: Pertama, Melakukan perbuatan amal kasih dengan memberi sedakah. Perbuatan amal kasih harus dilakukan dengan sukarela dan tulus hati. Perbuatan amal kasih bukanlah ajang unjuk kehebatan dalam memberi karena toh apa yang kita miliki adalah milik Tuhan. Kita hanya berbagi saja apa yang Tuhan berikan kepada kita sebagai anugerah. Kedua, berdoa. Kadang kita merasa puas dengan doa-doa kita dan berhenti. Doa itu penuh dengan ketekunan. Doa itu sebuah kebutuhan bukan kewajiban. Kita berdoa karena kita membutuhkan Tuhan sebab terlepas dari-Nya kita tidak mampu berbuat apa-apa. Ketiga, berpuasa. Kita berusaha untuk bermatiraga dalam diri kita, mengosongkan diri dan membiarkan Tuhan merajai hidup kita. Ketiga hal ini kita lakukan sebagai follower yang setia sebab ‘Bapa yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya’. Ini janji Tuhan dan pasti akan terjadi.

Apa yang harus kita hindari dalam hidup kita sebagai follower? 

Pertama, kita perlu behati-hati dalam melakukan kewajiban hidup beragama kita. Mudah sekali orang memamerkan diri sebagai pendoa karena merupakan bagian dari persekutuan ini dan itu tetapi kehidupan pribadinya jauh dari  label pendoa. Kalau pendoa itu dekat dengan Tuhan dan hidupnya tidak jauh dari Tuhan. Kedua, jangan mencari pujian. Hal terpenting adalah melayani tanpa hitung-hitungan. Itulah kekristenan kita serupa dengan Yesus sendiri. Ketiga, jangan menjadi orang munafik. Sangatlah mudah menjadi orang munafik. Inilah sebuah kecenderungan alamiah dalam hidup kita. Tuhan Yesus tidak mengajarkan kita untuk hidup seperti ini. Dia mengajar kita untuk rendah hati dan berbakti kepada Tuhan dan sesama.

Mari kita bermetanoia sebagai follower yang aktif dan setia. Tidaklah cukup kita like, love dan share saja tetapi sungguh memberi diri secara total dan mengasihi sampai tuntas. Semoga teladan nabi Elisa dan Tuhan Yesus sendiri menginspirasi kita untuk menjadi ‘the real follower’. Bersama Tuhan kita pasti mampu.

PJ-SDB

5 comments:

  1. Makasih Romo, semoga dpt meneladani kesetian smp tuntas seperti Nabi Elisa

    ReplyDelete
  2. Semoga dana, doa dan puasa bisa Rina lakukan ... amin ��
    Makasih yah PJ ��

    ReplyDelete
  3. Semoga apayang telah kami lakukan akan menjadi berkah bagi sesama..Amen terima kasih Romo...

    ReplyDelete
  4. Semoga apayang telah kami lakukan akan menjadi berkah bagi sesama..Amen terima kasih Romo...

    ReplyDelete