Tuesday, June 23, 2020

Homili 23 Juni 2020

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XII
2Raj. 19:9b-11,14-21,31-35a,36
Mzm. 48:2-3a,3b-4,10-11
Mat. 7:6,12-14

Allah turut bekerja

Covid-19 masih sangat menakutkan kita semua. Setiap hari berita-berita nasional dan internasional masih menginformasikan hal-hal penting seputar covid-19, dan memang sangat menakutkan banyak orang. Kegiatan-kegiatan peribadatan di gereja-gereja baru dimulai pada tahap uji coba dengan tetap mengikuti semua protokol kesehatan yang diberikan pemerintah. Saya lalu mengingat bahwa di saat-saat seperti ini, Tuhan selalu membuka pikiran kita untuk menghormati para pemimpin kita. Penulis surat kepada umat Ibrani menulis begini: “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.” (Ibr 13:17). Kadang-kadang orang yang tidak banyak mengerti hanya bersuara keras melawan para pemimpin tetapi mereka sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. John F. Kennedy pernah berkata: “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu! Benar atau salah itu negara saya. Janganlah pernah berunding karena ketakutan, tetapi jangan takut untuk berunding.”

Kebiasaan mempersalahkan pemerintah, bukanlah sebuah tindakan kritis. Orang yang kritis akan menunjukkan kecerdasannya dengan menunjukkan masalah dan mencari jalan keluar yang tepat bagi permasalahan yang sedang terjadi di dalam negeri. Banyak orang memang hanya bisa beretorika saja tetapi tidak bisa bekerja. Untuk itu butuh Tuhan di dalam hidup manusia supaya semua persoalan hidup dapat diselesaikan bukan dengan otot  melainkan dengan otak. Maka hal yang penting adalah selalu mengandalkan Tuhan. St. Paulus mengatakan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rm 8:28). Manusia tidak dapat mengandalkan dirinya untuk menyelesaikan segala persoalan hidupnya. Ia membutuhkan Allah dan membiarkan-Nya  turut bekerja dalam mengatasi segala persoalan hidupnya.

Pada hari ini kita mendengar dalam Kitab Kedua Raja-Raja tentang bagaimana Allah sendiri turut bekerja di dalam hidup manusia. Dikisahkan bawa setelah Samaria dikuasai bangsa-bangsa Asyur, kini giliran Yehuda akan dikuasai juga oleh bangsa Asyur. Sanherib sang raja Asyur berusaha untuk mengirim utusan kepada raja Yehuda bernama Hizkia. Inilah pesan si raja Yehuda: “Janganlah Allahmu yang kaupercayai itu memperdayakan engkau dengan menjanjikan: Yerusalem tidak akan diserahkan ke tangan raja Asyur. Sesungguhnya, engkau ini telah mendengar tentang yang dilakukan raja-raja Asyur kepada segala negeri, yakni bahwa mereka telah menumpasnya; masakan engkau ini akan dilepaskan?” (2Raj 19:9-10).

Hizkia sangat tanggap dengan surat Sanherib. Ia pergi ke rumah Tuhan dan membentangkan surat Sanherib ini di hadirat Tuhan. Hizkia lalu berdoa untuk memohon pertolongan Tuhan: “Ya Tuhan, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi. Sendengkanlah telinga-Mu, ya Tuhan, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya Tuhan, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup. Ya Tuhan , memang raja-raja Asyur telah memusnahkan bangsa-bangsa dan negeri-negeri mereka dan menaruh para allah mereka ke dalam api, sebab mereka bukanlah Allah, hanya buatan tangan manusia, kayu dan batu; sebab itu dapat dibinasakan orang. Maka sekarang, ya Tuhan, Allah kami, selamatkanlah kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya Tuhan.” (2Raj 19:15-19).

Dari doa Hizkia kita melihat bahwa Allah turut bekerja dalam menata pikiran dan hati orang-orang Yehuda umumnya. Allah bagi orang Yehuda telah menjadi harapan banyak orang untuk bersikap kritis terhadap kehidupan sosial saat ini serta mencari kuasa yang tepat di mana hanya Tuhanlah yang dapat diandalkan. Tuhan sendiri mendengar dan mengabulkan doa-doa Hizkia. Anak dara, yaitu puteri Sion, telah menghina engkau, telah mengolok-olokkan engkau; dan puteri Yerusalem telah geleng-geleng kepala di belakangmu. Sebab dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tertinggal dan dari gunung Sion orang-orang yang terluput; giat cemburu Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini. Tuhan turut bekerja bahkan secara terang-terangan. Ia berkata: “Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku.”

Tuhan hadir dan menunjukkan sikapnya ini. Dia turut bekerja dalam hidup kita yang nyata. Kalau Tuhan sungguh-sungguh turut bekerja di dalam hidup ini maka masing-masing kita haruslah menunjukkan wajah Allah kepada sesama. Kita melakukan hukum emas yang berlaku umum: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Mat 7:12). Kebiasaan membalas dendam, membenci, berlaku tidak adil dan tidak jujur menghalangi kita untuk bertemu dengan Tuhan dan tidak dapat menghayati hukum emas ini. Ini adalah isi dari hukum Taurat dan Kitab para nabi. Inilah hukum kasih yang diajarkan Yesus sendiri yakni mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup, dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Daya juang harus selalu ditunjukkan oleh anak-anak Allah. Tuhan Allah memberi potensi kepada setiap pribadi sebab itu kembangkanlah potensi itu dalam hidup ini untuk meraih masa depan yang lebih baik. Tuhan Yesus berkata: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Mat 7:13-14). Perjuangan bahkan sejalan dengan penderitaan dalam hidup ini. Orang harus berani menderita karena Tuhan turut bekerja untuk memberikan hidup abadi baginya. Penderitaan adalah gambaran pintu sempit yang dilewati dan hanya sedikit orang yang menemukannya dan akan selamat. Apakah anda juga termasuk bilangan sedikit orang yang menemukan pintu yang sempit dan akan menerima keselamatan abadi? Tuhan turut bekerja dan Dia pasti akan mewujudkannya menjadi nyata.

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment