Hari Selasa, Pekan Biasa ke-IX
2Ptr. 3:12-15a,17-18
Mzm. 90:2,3-4,10,14,16
Mrk. 12:13-17
Ikut Menghadirkan Wajah
Allah
Saya pernah diundang untuk
memberikan rekoleksi umat dari sebuah lingkungan di sebuah paroki. Ada seorang bapa membagikan
pengalamannya dalam melayani umat di lingkungan itu. Ia mengatakan bahwa salah satu
hal baik yang dilakukannya dalam melayani umat di lingkungannya adalah selalu berusaha
untuk menunjukkan wajah yang ceriah dan bahagia, meskipun sebenarnya tidaklah
demikian karena dia juga memiliki banyak persoalan. Alasannya melakukan demikian adalah bahwa ketika ia melayani umat, dia tidak melakukan
pekerjaannya sendiri tetapi ia melakukan pekerjaan Tuhan yang Maharahim. Sebab
itu orang yang dilayani haruslah merasakan kerahiman, kebaikan dan kebahagiaan
dalam hidupnya. Kami semua yang mendengar sharingnya ini merasa diteguhkan supaya
dapat melayani dengan wajah yang ceriah dan hati yang tenang. Memang kita dapat
memenangkan jiwa-jiwa kalau kita berbuat baik dan tulus kepada semua orang.
Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan tentang Yesus dalam Injil Markus. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan, ada
orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian mendekati Yesus untuk menjebak-Nya dengan sebuah pertanyaan. Mulanya mereka berkomentar kemudian baru bertanya
untuk mencobai Yesus: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur,
dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka,
melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah
diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau
tidak?" (Mrk 12: 14). Perhatikanlah nilai-nilai positif dari hidup pribadi
Yesus ditampilkan di sini: Yesus itu orang jujur, Yesus tidak takut kepada siapapun,
Yesus tidak mencari muka, dan mengajar jalan Tuhan Allah dengan jujur.
Nilai-nilai positif dalam hidup pribadi Yesus ditampilkan dan mereka berpikir
bahwa Yesus akan tersanjung dengan pujian mereka. Selanjutnya mereka
menjebak-Nya dengan pertanyaan: bolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau
tidak. Sekiranya Yesus mengatakan boleh membayar pajak pasti mereka mengatakan
bahwa Dia pro dengan penjajah Romawi. Sebaliknya kalau Dia mengatakan tidak
boleh membayar pajak maka akan menimbulkan masalah seolah-olah Yesus menantang
para penjajah Romawi.
Tuhan Yesus mengetahui
kemunafikan mereka. Dia bertanya kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai
Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" (Mrk 12:15). Di sini Tuhan
Yesus tidak membuat teori baru tetapi berusaha untuk membuka wawasan mereka
semua. Ia mengenal mereka dan berkehendak untuk mengoreksi cara berpikir
mereka. Yesus melihat koin satu dinar di kedua sisi koin dan bertanya kepada
mereka gambar dan tulisan siapa yang tertera pada satu dinar. Mereka mengakui bahwa
itu adalah gambar dan tulisan Kaisar. Tuhan Yesus memandang mereka semua dan
berkata: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" (Mrk
12:17). Orang-orang Farisi dan kaum Herodian ini hanya terheran-heran memandang
Yesus.
Kisah Injil ini memang menarik
perhatian kita semua. Dari Kitab Kejadian kita semua diingatkan bahwa Tuhan menciptakan
kita sesuai dengan gambar dan wajah Tuhan sendiri. Setelah selesai menciptakan
manusia, Dia masih melihatnya dan mengatakan bahwa semuanya baik adanya. Tuhan
adalah sosok pertama yang jatuh cinta kepada kita sebagai ciptaan yang mulia.
Maka ketika orang mencobai atau menjebak Yesus dengan pertanyaan boleh membayar
pajak atau tidak kepada Kaisar, Yesus langsung mengingatkan mereka bahwa mereka
itu diciptakan sesuai dengan gambar dan wajah Tuhan. Mereka sedang tinggal di
dunia ini maka diharapkan bahwa mereka juga harus menghormati para pemimpin
mereka yakni Kaisar. Pada sisi mata uang itu tertulis: “Tiberius Julius Caesar
Augustus, putera Agustus yang mulia” dan di sisi lain terdapat gambar ibunya
bernama Livia Drusilla. Livia duduk di atas takhta seperti seorang dewi dengan
tulisan dibawanya “Pontefice Massimo”. Perlu
diketahui bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah maka mereka harus memberi
diri secara utuh kepada Tuhan Allah. Allah adalah pemilik maka hidup manusia
tertuju kepada-Nya. Manusia adalah warga dunia maka mereka juga tunduk kepada
pemerintah yang mengatur hidupnya.
Dari jawaban Yesus ini, kita
semua diorientasikan pada suatu panggilan untuk menjadi kudus sebab kita menunjukkan
wajah Allah yang Mahabaik kepada sesama manusia. Sebab itu hidup kristiani
sebagaimana digambarkan oleh St. Petrus dalam bacaan pertama adalah hidup dalam
penantian akan langit dan bumi yang baru, di mana terdapat tempat kebenaran.
Sambil menantikan hari Tuhan, para pengikut Kristus diharapkan untuk tetap
hidup suci. St. Petrus mengatakan: “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih,
sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak
bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” (2Ptr
3:14). Hidup kudus dan kesabaran Tuhan membuka pintu keselamatan bagi manusia
di hadapan Tuhan. Supaya dapat hidup kudus dan tak bercela maka setiap orang
harus selalu waspada, mawas diri sehingga tidak jatuh ke dalam dosa. Hal lain
yang harus dilakukan adalah selalu bertumbuh dalam kasih karunia juga semakin
mengenal Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus.
Pada hari ini pikiran kita dibuka
supaya dapat hidup sebagai orang Kristen yang terbaik. Orang Kristen terbaik
adalah pribadi yang memiliki gambar dan tulisan Yesus di dalam hidupnya dan
berusaha menunjukkannya kepada sesama manusia. Gambar dan tulisan yang dimaksud
adalah kemampuan maksimum untuk mengasihi dengan kasih Tuhan Yesus sendiri. Orang
Kristen yang terbaik selalu mawas diri, bersiap siaga untuk menantikan
kedatangan Tuhan dengan hidup kudus, hidup dalam rahmat Tuhan dan selalu
berusaha untuk mengenal Yesus Kristus dalam doa dan membaca serta merenungkan
Injil. Berusahalah untuk ikut menghadirkan wajah Allah dalam hidup setiap hari.
PJ-SDB
Yah mo John 🙏
ReplyDeleteSiap
ReplyDelete