Tuesday, June 2, 2020

Homili 2 Juni 2020


Hari Selasa, Pekan Biasa ke-IX
2Ptr. 3:12-15a,17-18
Mzm. 90:2,3-4,10,14,16
Mrk. 12:13-17

Ikut Menghadirkan Wajah Allah

Saya pernah diundang untuk memberikan rekoleksi umat dari sebuah lingkungan di sebuah paroki. Ada seorang bapa membagikan pengalamannya dalam melayani umat di lingkungan itu. Ia mengatakan bahwa salah satu hal baik yang dilakukannya dalam melayani umat di lingkungannya adalah selalu berusaha untuk menunjukkan wajah yang ceriah dan bahagia, meskipun sebenarnya tidaklah demikian karena dia juga memiliki banyak persoalan. Alasannya melakukan demikian adalah bahwa ketika ia melayani umat, dia tidak melakukan pekerjaannya sendiri tetapi ia melakukan pekerjaan Tuhan yang Maharahim. Sebab itu orang yang dilayani haruslah merasakan kerahiman, kebaikan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Kami semua yang mendengar sharingnya ini merasa diteguhkan supaya dapat melayani dengan wajah yang ceriah dan hati yang tenang. Memang kita dapat memenangkan jiwa-jiwa kalau kita berbuat baik dan tulus kepada semua orang.

Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan tentang Yesus dalam Injil Markus. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan, ada orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian mendekati Yesus untuk menjebak-Nya dengan sebuah pertanyaan. Mulanya mereka berkomentar kemudian baru bertanya untuk mencobai Yesus: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" (Mrk 12: 14). Perhatikanlah nilai-nilai positif dari hidup pribadi Yesus ditampilkan di sini: Yesus itu orang jujur, Yesus tidak takut kepada siapapun, Yesus tidak mencari muka, dan mengajar jalan Tuhan Allah dengan jujur. Nilai-nilai positif dalam hidup pribadi Yesus ditampilkan dan mereka berpikir bahwa Yesus akan tersanjung dengan pujian mereka. Selanjutnya mereka menjebak-Nya dengan pertanyaan: bolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Sekiranya Yesus mengatakan boleh membayar pajak pasti mereka mengatakan bahwa Dia pro dengan penjajah Romawi. Sebaliknya kalau Dia mengatakan tidak boleh membayar pajak maka akan menimbulkan masalah seolah-olah Yesus menantang para penjajah Romawi.

Tuhan Yesus mengetahui kemunafikan mereka. Dia bertanya kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" (Mrk 12:15). Di sini Tuhan Yesus tidak membuat teori baru tetapi berusaha untuk membuka wawasan mereka semua. Ia mengenal mereka dan berkehendak untuk mengoreksi cara berpikir mereka. Yesus melihat koin satu dinar di kedua sisi koin dan bertanya kepada mereka gambar dan tulisan siapa yang tertera pada satu dinar. Mereka mengakui bahwa itu adalah gambar dan tulisan Kaisar. Tuhan Yesus memandang mereka semua dan berkata: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" (Mrk 12:17). Orang-orang Farisi dan kaum Herodian ini hanya terheran-heran memandang Yesus.

Kisah Injil ini memang menarik perhatian kita semua. Dari Kitab Kejadian kita semua diingatkan bahwa Tuhan menciptakan kita sesuai dengan gambar dan wajah Tuhan sendiri. Setelah selesai menciptakan manusia, Dia masih melihatnya dan mengatakan bahwa semuanya baik adanya. Tuhan adalah sosok pertama yang jatuh cinta kepada kita sebagai ciptaan yang mulia. Maka ketika orang mencobai atau menjebak Yesus dengan pertanyaan boleh membayar pajak atau tidak kepada Kaisar, Yesus langsung mengingatkan mereka bahwa mereka itu diciptakan sesuai dengan gambar dan wajah Tuhan. Mereka sedang tinggal di dunia ini maka diharapkan bahwa mereka juga harus menghormati para pemimpin mereka yakni Kaisar. Pada sisi mata uang itu tertulis: “Tiberius Julius Caesar Augustus, putera Agustus yang mulia” dan di sisi lain terdapat gambar ibunya bernama Livia Drusilla. Livia duduk di atas takhta seperti seorang dewi dengan tulisan dibawanya “Pontefice Massimo”.  Perlu diketahui bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah maka mereka harus memberi diri secara utuh kepada Tuhan Allah. Allah adalah pemilik maka hidup manusia tertuju kepada-Nya. Manusia adalah warga dunia maka mereka juga tunduk kepada pemerintah yang mengatur hidupnya.

Dari jawaban Yesus ini, kita semua diorientasikan pada suatu panggilan untuk menjadi kudus sebab kita menunjukkan wajah Allah yang Mahabaik kepada sesama manusia. Sebab itu hidup kristiani sebagaimana digambarkan oleh St. Petrus dalam bacaan pertama adalah hidup dalam penantian akan langit dan bumi yang baru, di mana terdapat tempat kebenaran. Sambil menantikan hari Tuhan, para pengikut Kristus diharapkan untuk tetap hidup suci. St. Petrus mengatakan: “Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” (2Ptr 3:14). Hidup kudus dan kesabaran Tuhan membuka pintu keselamatan bagi manusia di hadapan Tuhan. Supaya dapat hidup kudus dan tak bercela maka setiap orang harus selalu waspada, mawas diri sehingga tidak jatuh ke dalam dosa. Hal lain yang harus dilakukan adalah selalu bertumbuh dalam kasih karunia juga semakin mengenal Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus.

Pada hari ini pikiran kita dibuka supaya dapat hidup sebagai orang Kristen yang terbaik. Orang Kristen terbaik adalah pribadi yang memiliki gambar dan tulisan Yesus di dalam hidupnya dan berusaha menunjukkannya kepada sesama manusia. Gambar dan tulisan yang dimaksud adalah kemampuan maksimum untuk mengasihi dengan kasih Tuhan Yesus sendiri. Orang Kristen yang terbaik selalu mawas diri, bersiap siaga untuk menantikan kedatangan Tuhan dengan hidup kudus, hidup dalam rahmat Tuhan dan selalu berusaha untuk mengenal Yesus Kristus dalam doa dan membaca serta merenungkan Injil. Berusahalah untuk ikut menghadirkan wajah Allah dalam hidup setiap hari.

PJ-SDB

2 comments: