Memandang Maria
Pada hari ini pikiran saya tertuju kepada Bunda Maria dengan hatinya yang tersuci. Hati yang tersuci itu merupakan wujud nyata cinta kasihnya yang penuh dengan pengorbanan sebagai Bunda Yesus, Anak Allah. Dia menyimpan segala perkara di dalam hatinya, tanpa bersungut-sungut atau mengeluh kepada Yusuf atau kepada Tuhan sendiri. Bunda Maria senantiasa berbeda dan teladannya ini mengubah mindset kita terhadap diri kita dan terhadap sesama. Cinta kasih yang sejati itu benar-benar tanpa pamrih bahkan menuntut pengorbanan diri kita.
Saya mengingat dua kutipan inspiratif tentang Bunda Maria. Kutipan pertama dari St. Theresia dari Kalkuta. Ia berkata: “Jika anda pernah merasa tertekan, panggilah Bunda Maria, ucapkan saja doa sederhana ini: ‘Maria, Bunda Yesus, tolong jadilah ibu bagi saya sekarang.’ Saya merasa yakin bahwa doa ini tidak pernah mengecewakan anda.” Doa sederhana yang berasal dari hati yang sederhana. Maka ketika ada beban jangan tinggal dan berhenti dalam bebanmu. Bagilah bersama Bunda Maria dan mintalah pertolongan dari Bunda Maria. Dialah Maria Auxilium Christianorum atau Maria Penolong Umat Kristiani.
Kutipan kedua dari Santa Theresa Lisieux. Dia pernah berkata: “Dalam cobaan atau kesulitan, saya selalu meminta bantuan kepada Bunda Maria, di mana hanya dengan memandangnya saja sudah cukup untuk menghilangkan rasa takut dalam diri saya.” Apakah anda merasa takut? Janganlah takut. Datanglah kepada Bunda Maria dan dengan hatinya yang suci akan menolongmu, menjagamu dengan mantelnya dan anda luput dari segala yang menakutkanmu. Pandanglah Bunda Maria, perhatikanlah wajahnya, sorot matanya yang penuh cinta. Dari sanalah mengalir semua rahmat dari Tuhan.
Ini semua permenunganku tentang Bunda Maria dan saya mengakhirinya dengan sebuah doa Rosario untuk mendoakan semua orang yang saya janji untuk mendoakannya, tentu termasuk anda yang membaca Food For Thought ini. Jangan lupa kunjungi website saya, baca dan bagilah selalu refleksi-refleksi saya di sini sebagai berkat untuk banyak orang:
Ave Maria…
P. John Laba, SDB
No comments:
Post a Comment