Monday, June 15, 2020

Homili 15 Juni 2020

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XI
1Raj. 21:1-16
Mzm. 5:2-3,5-6,7
Mat. 5:38-42

Jangan melawan, tapi bertahanlah!

Kejahatan ada di mana-mana. Seorang pemimpin bisa saja menjadi jahat untuk memperkaya dirinya sendiri padahal ketika bersumpah ia sudah mengatakan ‘Demi Allah’. Dalam praktiknya Allah disingkirkan dan nafsu untuk memiliki harta dikedepankan. Dalam masa covid-19 ini, banyak rakyat merintih karena kekurangan ini dan itu. Pemerintah tergerak hati untuk menolong namun dana untuk orang miskin itu masih dikorupsi lagi. Setiap keluarga miskin mendapat bantuan langsung tunai sebesar Rp. 600.000 tetapi tiba di tangan rakyat miskin hanya Rp.500.000. Rp. 100.000 sudah dipotong kepala desa atau siapa saja yang berniat memakan nasi rakyat miskin ini dengan dalil uang transportasinya. Sebab itu dari dahulu hingga saat ini rakyat miskin selalu menjadi korban ketidakadilan sosial. 

Pada hari ini kita mendengar kisah yang menarik tentang keserakahan keluarga raja Ahab. Dikisahkan bahwa seorang Yizreel bernama Nabot memiliki kebun anggur di Yizreel, tepatnya di samping istana raja Ahab. Pada suatu saat raja Ahab memanggil Nabot untuk meminta kebun anggurnya supaya dipakai sebagai kebun sayur. Inilah perkataan raja Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." (1Raj 21:2). Nabot keberatan sehingga menolak permintaan raja Ahab karena tanah itu adalah milik pusaka leluhurnya. Sikap Nabot ini mengecewakan raja Ahab sehingga hatinya kesal dan gusar.

Kekesalan raja Ahab berkepanjangan. Ia berlaku kekanak-kanakan sebab ia berbaring di tempat tidurnya dan menelungkupkan mukanya dan tidak mau makan. Izebel istrinya bertanya dan Ahab menjelaskan rasa kesalnya tentang Abot. Izebel mengatakan kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu." (1Raj 21:7). Sejak saat itu Izebel mencari jalan untuk mendapatkan tanah miliki Nabot. Ia menyiapkan surat bermetrai atas nama raja Ahab, dan meminta saksi palsu untuk berdusta melawan Nabot bahwa ia mengutuk Allah dan raja. Hukumannya adalah dilempari batu sampai mati. Nabot rakyat kecil itu mati, tanahnya dirampas oleh sang raja melalui istrinya yang licik. Tanah menjadi milik raja Ahab. 

Kisah Nabot masih terjadi dalam msyarakat kita. Sebagaimana saya memberi contoh korupsi BLT untuk rakyat miskin selama covid-19 ini, banyak tanah rakyat dirampas oleh oknum tertentu dengan para preman sebagai andalannya. Penggusuran dilakukan demi kepentingan kalangan tertentu. Banyak Nabot yang masih ada bersama kita. Mungkin anda adalah Nabotnya saat ini. Tuhan tidak pernah tidur ketika hak-hakmu dirampas atau diinjak orang lain. Masih banyak keluarga yang berlaku seperti Ahab dan Izebel. Suami dan istri sama-sama menjadi orang jahat dan licik. Suami dan istri sama-sama gila harta sehingga menginjak, merampas dan memeras orang lain. Keluarga-keluarga ini masih ada di sekitar kita. Bisa saja anda adalah salah satunya yang berlaku tidak adil terhadap sesama. Mungkin prinsip Zakeus ini patut diikuti oleh pasutri yang sudah melakukan kejahatan untuk orang-orang kecil: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Luk 19:18). Ini benar-benar sebuah pertobatan yang benar.

Apa yang kita pelajari dari Nabot? Dia adalah orang kecil, tak berdaya dan tidak melawan. Dia tidak membalas dendam seperti hukum lama yang mengatakan ‘mata ganti mata dan gigi ganti gigi’. Yang terjadi pada Nabot justru wujud nyata perkataan Yesus ini: “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Mat 5:39). Sikap Nabot ini mirip dengan Yesus sendiri. Ia tidak melawan ketika mengalami Paskah-Nya. Hasil alkhrinya adalah keselamatan bagi semua orang. Sikap membalas dendam bukan menyelesaikan masalah tetapi menambah rentetan masalah sampai tujuh turunan.

Pada hari ini Tuhan meminta kita supaya jangan melawan tetapi bertahan dalam kasih dan kebaikan. Ia berkata: “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.” (Mat 5:40-42). Kasih dan kebaikan dapat mengalahkan kejahatan dalam diri orang lain. Bertahan dalam kasih dan kebaikan itu akan mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Ini bukan sebuah kekalahan tetapi kemenangan yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang berharga di mata Tuhan. 

PJ-SDB

No comments:

Post a Comment