Sunday, June 14, 2020

Homili Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus - 2020

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS
Ul. 8:2-3,14b-16a
Mzm. 147:12-13,14-15,19-20
1Kor. 10:16-17
Yoh. 6:51-58

Adoro te devote, latens Deitas

Adalah Santu Thomas Aquinas. Beliaulah yang menulis lirik lagu ‘Adoro te devote’ ini untuk menghormati Tuhan Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Lirik lagu ini berdasar pada permintaan Paus Urbanus IV, menjelang perayaan hari Raya Tubuh dan Darah Kristus pada tahun 1264. Saya hanya mengutip bait pertama dari lagu ini: “Adoro te devote, latens Deitas, Quæ sub his figuris vere latitas; Tibi se cor meum totum subjicit, Quia te contemplans totum deficit.” (Allah yang tersamar, Dikau kusembah, sungguh tersembunyi, roti wujudnya. S’luruh hati hamba tunduk berserah. ‘Ku memandang Dikau, hampa lainnya). Perhatikan lirik lagu ini, kelihatan sederhana namun sangat mendalam. Hanya orang yang beriman kepada Kristus dan mencintai Yesus dalam Sakramen Mahakudus dapat menghidupinya secara nyata.

Saya sebagai seorang imam, sebelumnya juga tidak mengerti tentang rahasia besar Ekaristi ini. Tetapi ketika sudah menjadi imam dan merayakannya setiap hari maka saya percaya bahwa Tuhan membuka pikiran saya untuk memahami dan mencintai Ekaristi yang saya rayakan di dalam Gereja Katolik. Pada saat membaca, merenungkan dan membagikan Sabda kepada umat, saya mengerti bahwa setiap perkataan Tuhan ini memberi hidup kepada saya secara pribadi dan siapa saja yang mendengarkannya. Sabda adalah perkataan yang berisi kasih Allah yang tiada bandingnya bagi manusia. Tetapi bagian kedua yang juga sangat luhur adalah Ekaristi. Setiap kali mengulurkan tangan untuk memberkati, mengucap syukur, mengangkatnya tinggi-tinggi, memecah-mecahkan dan membagi-bagikan saya menjadi sadar bahwa saya berada di hadirat Yesus. Saya yang tidak sempurna ini ikut memandang Allah yang tersamar, Dialah satu-satunya yang kusembah, berserah kepada-Nya. Ekaristi merupakan kesempatan di mana saya merayakan Tubuh dan Darah Kristus sambil memandang Allah yang tersamar dalam roti wujudnya. Saya selalu bersyukur atau berekaristi sebab Tuhan menghendaki saya untuk merayakannya. 

Saya teringat pada St. Yohanes Paulus II. Orang kudus modern ini pernah berkata: “Ekaristi adalah rahasia hariku. Ia memberikan kekuatan dan makna bagi semua aktivitas pelayananku demi Gereja dan seluruh dunia….Biarkan Yesus dalam Sakramen Mahakudus berbicara ke dalam hatimu. Ialah yang merupakan jawaban kehidupan yang sebenarnya, yang sedang kamu cari. Ia tinggal disini bersama kita: Ia adalah Allah beserta kita. Carilah Ia tanpa lelah, sambutlah Ia tanpa keraguan, cintailah Ia tanpa henti: sekarang, besok, dan selamanya. ” Perkataan yang sangat inspiratif. Benar sekali, Ekaristi adalah rahasia hariku karena memberi kekuatan kepadaku yang lemah untuk melayani Gereja dan seluruh dunia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Kita merayakan Ekaristi sebagai tanda syukur kepada Tuhan. Ini adalah perayaan Tubuh dan Darah Kristus harian kita. Ekaristi adalah perayaan yang membantu kita untuk merasakan kerahiman Allah melalui Sabda dan Komuni kudus. Bacaan pertama, kita mendengar pengalaman kerahiman Allah bagi umat Israel di padang gurun. Musa mengingatkan bangsa Israel untuk mengingat belas kasih dan kerahiman Tuhan selama perjalanan mereka di padang gurun selama empat puluh tahun. Tuhan yang menghendaki semua ini dengan maksud supaya bangsa Israel benar-benar merendahkan hati mereka di hadirat Tuhan. Tuhan juga mencobai mereka apakah mereka tetap setia kepada-Nya atau tidak, terutama dalam mematuhi perintah-perintah-Nya. Dengan cara ini Tuhan mau mengatakan kepada bangsa Israel bahwa manusia itu hidup bukan dari roti saja tetapi dari segala yang diucapkan oleh Tuhan. 

Pengalaman bangsa Israel adalah pengalaman kita sendiri. Banyak kali kita hanya berhenti pada soal jasmani semata: apa yang dapat kita makan, minum dan pakai untuk memuaskan kebutuhan jasmani kita. Kita juga selalu lupa bahwa sebenarnya kita bukan hidup dari makanan saja, tetapi lebih dari itu kita hidup dari setiap perkataan Tuhan. Ini adalah nilai rohani yang sangat luhur yang hanya diterima oleh orang beriman. Setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah adalah menghadirkan wajah Allah yang tersamar yang kita sembah dan muliakan dalam hidup. Sebab itu kita harus mengetahui segala perbuatan ajaib yang sudah Tuhan lakukan bagi kita semua. 

Bukti nyata manusia hidup dari setiap perkataan Yesus adalah diri Yesus sendiri yang menjadi santapan rohani kita dalam Ekaristi. Yesus adalah Sabda yang hidup. Dialah Sabda atau Logos yang menjadi daging dan tinggal bersama kita. Dialah Imanuel atau Allah beserta kita. Sebab itu Yesus menunjukkan diri sebagai Sabda hidup dan Santapan keselamatan kita. Dalam Injil Yohanes kita mendengar Yesus berkata: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:51). Yesus adalah sabda hidup dan kita hidup dari-Nya. Kita hidup dari Yesus karena Dia juga menjadi Roti hidup. Orang menyantap roti hidup akan memiliki hidup abadi. Yesus berkata: “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:55-56). Yesus tidak hanya bersabda tetapi memberi tubuh-Nya sendiri sebagai santapan dan darah-Nya sendiri sebagai minuman.

Apa yang harus kita lakukan?

Santu Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita untuk menjadikan Ekaristis sebagai tanda persekutuan kita dengan Tuhan sendiri.  Kita tidak memandang hosti sebagai hosti saja, anggur sebagai anggur saja. Kita percaya akan transubstansi di mana hosti menjadi tubuh Kristus dan anggur menjadi darah Kristus. Maka Paulus menegaskan: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1Kor 10:16-17). Kita harus berbangga karena ternyata kita adalah bagian dari Tubuh Kristus. Kita sungguh mendapat bagian dalam roti yang satu. Kesadaran seperti ini hendaknya membangkitkan semangat kita untuk bertobat dan membaharui diri kita. Pada roti yang satu dan sama kita memandang dan menyembah Allah yang tersamar. Adoro te devote, latens deitas!

PJ-SDB

1 comment:

  1. Makasih mo �� Rina bangga menjadi seorang Katolik

    ReplyDelete