Seandainya Elia ada di sini…
Saya tertarik untuk mengingatkan kita semua
tentang Doa Daud dalam Kitab Mazmur: “Dengarlah, Tuhan, seruan yang
kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu:
"Carilah wajah-Ku "; maka wajah-Mu kucari, ya Tuhan. Janganlah menyembunyikan
wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah
pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah
penyelamatku!” (Mzm 27:7-9). Raja Daud memiliki kerinduan yang besar untuk
mencari wajah Tuhan. Dia berharap supaya Tuhan jangan menyembunyikan wajah-Nya
atau memalingkan wajah-Nya. Dan Tuhan menunjukkan wajah-Nya kepa Daud dalam
pengalaman hidupnya.
Kita semua memiliki kerinduan untuk mencari
wajah Tuhan. Nabi Elia memiliki pengalaman yang dapat kita temukan di dalam
Kitab pertama Raja-Raja. Ketika itu Elia sedang berada di dalam gua di gunung
Tuhan yakni Gunung Horeb. Tuhan memanggilnya untuk keluar dari guanya yang
nyaman supaya dapat memandang Tuhan yang lewat di depannya. Ada tanda-tanda alam
yang menakutkan dan Elia terpancing untuk berpikir bahwa Tuhan ada di dalam
situasi yang menakutkan itu. Ada beberapa situasi yang Elia alami: Pertama,
angin kencang yang dapat membelah gunung dan batu. Menakutkan! Ternyata Tuhan
tidak ada di di dalam angin kencang. Kedua, Gempa bumi yang mengguncang gunung
itu,tetapi Tuhan tidak ada di dalam gempa. Ketiga, api yang panas membara,
ternyata Tuhan tidak ada di dalam api. Keempat, angin sepoi-sepoi basah. Elia
sadar bahwa Tuhan lewat. Ia keluar dari dalam gua dan menutup mukanya dengan
jubah karena tidak berani melihat kemuliaan Tuhan.
Pengalaman Elia sungguh mengoreksi cara pikir
banyak orang yang mengaku percaya kepada Tuhan. Mereka berpikir bahwa Tuhan ada
dalam suasana yang menakutkan seperti angin kencang, gempa dan api. Tanda-tanda
alam ini diyakini ada kuasa di dalamnya dan mungkin saja Tuhan ada di dalamnya.
Ternyata Elia berhasil membuktikan bahwa Tuhan tidak ada di dalam suasana
seperti itu. Tuhan hadir dalam suasana seperti angin sepoi-sepoi basa. Artinya,
Tuhan hadir dalam suasana penuh keteduhan, kedamaian, ketenangan. Dalam suasana
seperti ini Tuhan menunjukkan wajah kerahiman-Nya bagi manusia.
Pikirkanlah suasana yang ramai, apakah sangat
membantu orang untuk bersatu dengan Tuhan? Pikirkanlah orang-orang yang selalu
mengeritik peribadatan di gereja katolik dengan dalil bahwa lagu-lagu
liturginya seakan tidak ada nafasnya. Gereja katolik memiliki liturgi yang
dirayakan dengan meriah tetapi suasana di dalam gereja bukan sama dengan
suasana di diskotik atau night club. Apalagi dalam suasana Ekaristi! Tidak ada
alasan yang memadai untuk menyamakan Daud yang menari di depan tabut perjanjian
dengan suasana sakral dalam Ekaristi. Selama berabad-abad gereja katolik tidak
pernah mati karena lagu-lagunya ‘tidak hidup’. Ada persekutuan doa tertentu
yang lupa bahwa selama perayaan Ekaristi berlangsung bukanlah menjadi
kesempatan untuk berteriak-teriak histeris.
Ternyata Elia berjumpa dengan Tuhan dalam keheningan, keteduhan,ketenangan,
kedamaian yang mendalam bukan dalam hiruk pikuk musik seperti di diskotek dan
night club. Mungkin mindset perlu diubah untuk membedakan mana suasana di dalam
Gereja yang ada Tabernakel dan mana suasana di aula tanpa Tabernakel.
Saya berterima kasih kepada nabi Elia atas pengalaman
yang sungguh mengoreksi kita semua. Seandainya Elia ada di sini saat ini apa
yang dia akan katakan kepada anda dan saya?
Tuhan memberkati dan selamat siang.
PJ-SDB
No comments:
Post a Comment